Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif
dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk :
(1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan
guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para
guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran; (3) meningkatkan pembelajaran
secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan
pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Manfaat yang yang dapat diambil Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat
mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari
anggota lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil
akhir dari Lesson Study. Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu
berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan
tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b)
pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).
Sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
Dalam tulisan ini, akan dipaparkan secara ringkas
tentang apa itu Lesson Study dan bagaimana tahapan-tahapan dalam Lesson Study,
dengan harapan dapat memberikan pemahaman sekaligus dapat mengilhami kepada
para guru (calon guru) dan pihak lain yang terkait untuk dapat mengembangkan
Lesson Study lebih lanjut guna kepentingan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran
siswa.
A. Hakikat Lesson Study
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali
dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa
Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang
yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang.
Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti
pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih
dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan
penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di
Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai
sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada
beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study
dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk
diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.
Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam
pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan
proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan
berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan
hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan
kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni
memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus,
berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong
terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten
dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun
manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study
sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada
prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas
belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa: “lesson study
is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more
obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect
on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process,
supported by collaborative goal setting, careful data collection on student
learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.
Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson
Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2)
memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya,
di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis
melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana
seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.
Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004)
mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang
diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang,
yaitu:
1.
Tujuan bersama untuk jangka panjang.
Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama
yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan
yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa,
pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa,
pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam
belajar, dan sebagainya.
2.
Materi pelajaran yang penting.
Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting
dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk
dipelajari siswa.
3.
Studi tentang siswa secara cermat.
Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran
yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya
dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa
melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan
dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju
pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah
supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.
4.
Observasi pembelajaran secara
langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study.
Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa
tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga
harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan
pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh
lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat
digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas
pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang,
Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena
telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1)
memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan
dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan
pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting
sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta
kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal
terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru
lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau
materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa
yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar,
baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan
pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti
para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik
tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7)
mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan
dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa
bisa semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP)
beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1)
guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan
balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan
mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya
Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi
guru.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan. dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach
Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri
unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala
sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di
sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah
dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran
di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study.
Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan
memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau
ahli dari perguruan tinggi.
B. Tahapan-Tahapan Lesson Study
B. Tahapan-Tahapan Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study
ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study
dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act
(PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam
Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3)
Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of
Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru
mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi
bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim
mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi
pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan
tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas
temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran
Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan
diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson
Study
1. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung
dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan
menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran,
seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati
kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui
berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran.
Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala
permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan
permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP,
sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya
sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap
akhir pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama
yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang
guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang
telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang
dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru,
kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak
sebagai pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP
yang telah disusun bersama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang
berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video
camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih
lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku
belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau
diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan,
terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa.
Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting
karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari
ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk
diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala
sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian
kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan
komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang
dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam
menjalankan RPP yang telah disusun.
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah
pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan
peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun
menajerial.
Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan
berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check)
tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar
maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung
kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan
memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan
manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala
sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan
keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat
memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses
pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi
untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.