FUNGY 011

jika kamu tidak mengenal duniamu maka kamu tidak akan mengenal dirimu.

FUNGY 011

Cita-cita yang selalu bersinar di depan saya dan memenuhi saya dengan kegembiraan hidup adalah kebaikan, keindahan dan kebenaran.

FUNGY 011

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.

FUNGY 011

Impian kita biasanya berada pada empat atau lima langkah di depan jangkauan pengetahuan dan pengalaman kita. Namun, melalui kerja keras, tekad yang membara, juga ikhtiar coba-coba, terkadang di sana kita mampu mencari cara untuk mencapai impian kita.

FUNGY 011

Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.

Rabu, 03 Juli 2013

GAMETOGENESIS

Gametogenesis atau pembentukan sel gamet mencakup pembentukan sperma yang disebut spermatogenesis, maupun pembentukan telur yang disebut oogenesis. Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tublus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat, pada jaringan epithelium terdapat sel–sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.

Selasa, 02 Juli 2013

Embrio Katak

Embrio Katak

Katak memiliki telur yang terdiri dari dua kutub yaitu kutub anima dan kutub vegetal. Kutup anima berwarna hitam karena memiliki pigmen sedangkan pada kutub vegetal tidak terdapat pigmen telur yang telah mengalami fertilisasi memiliki ciri terdapat daerah kelabu yang berbentuk bulan sabit. Hal ini di karenakan  ada penetrasi sperma sehingga pigmen di daerah tersebut masuk kedalam tempat mesuknya sperma.
Zigot yang terbentuk memasuki tahap pembelahan I, tipe pembelahannya holoblastik yaitu pembelahan yang menyeluruh dari kutub animal ke kutub vegetal dan sampai melalui daerah kelabu (grey cresen). Pembelahan I dengan meridional yang arah pembelahannya tepat pada garis tengah sabit kelabu, menghasilkan dua blastomer. Pembelahan kedua meridional tetapi arahnya 90˚ terhadap bidang pembelahan I sehingga menghasilkan 4 blastomer. Pada pembelahan ketiga, Pembelahannya horizontal tegak lurus dengan bidang pembelahan I dan II yang akan menghasilkan 8 blastomer yang tidak sama yaitu 4 mikromer dan 4 makromer. Kerena pada pembelahan ketiga ini terjadi pembelahan secara anequal. Pembelahan akan terus terjadi dan akan menghasilkan blastomer yang tidak sama ukurannya. Pembelahan ketiga ini termasuk pembelahan incomplete karena tidak semua yang membelah hanya sebagian sel saja yang membelah. Sel yang membelah hanya sel yang berada di dekat kutub animal saja. Pada pembelahan ketiga ini terjadi lebih ke daerah kutub animal, karena telur katak memiliki yolk yang besar dan berada di kutub vegetal sehingga ketika terjadi pembelahan tidak menggangu keadaan yolk. Sel akan terus membelah hingga terbentuk sel yang berukurann kecil. Dari 8 sel akan terbentuk 16 sel kemudian 32 sel, 64 sel hingga sel akan membentuk sebuah bola padat yang dinamakan morula. Selama pembelahan volume dari telur katak tetap tetapi ukurannya berbeda. Pembelahan di kutup animal lebih cepat daripada pembelahan di kutub vegetal.
Pada perkembangan selanjutnya morula akan menjadi blastula, karena ada rongga yang disebut blastocoel. Lapisan atap blastocoel lebih tipis daripada alasnya, karena atap dari blastocoel ini tersususn dari 2-4 selapian mikromer, sedangkan alasnya adalah terdiri dari makromer yang jumlah lapisannya lebih banyak. Rongga yang terbentuk tersebut disebabkan oleh sekresi cairan dari sel –sel di kutub animal.
Sel akan terus mengalami perkembangan hingga akhirnya akan terbentuk tahap gastrulasi. Gastrula dibentuk dari serangkaian proses pergerakan sel dengan hasil akhir berupa tiga lapisan sel yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm. Pergerakan sel-sel iniakan mengakibatkan lapisan sel akan mengalami invaginasi masuk ke dalam embrio. Setelah mengalami invaginasi juga akan mengalami involusi dan juga gerak morfogenetik lainnya. Invaginasi sel ini akan membentuk blastoporus, pada tepi blastoporus ini akan terbentuk bibir dorsal blastoporusi. Terjadinya proses invaginasi ini adalah di daerah intermediet (perbatasan antara mikromer dan makromer). Selanjutnya daerah pelekukan tersebut akan membentuk bibir dorsal blastoporus. Akibat adanya invaginasi akan terajdi migrasi sel. Hasil dari invaginasi ini adalah akan terbentuknya rongga, rongga inilah yang disebut dengan arkenteron. Akibat adanya arkenteron maka rongga bastocoel akan  terdesak hingga rongga ini akan menjadi rongga dengan ukuran yang kecil dan terletak di pinggir. Arkenteron ini nantinya akan menjadi saluran pencernaan primitive. Sedangkan  pada daerah di lain juga terjadi invaginasi yang akan membentuk bibir ventral. Bibir ventral ini terletak di sisi yang berlawanan dengan bibir dorsal. Selain bibir dorsal dan bibir ventral juga ada bibir lateral.
Setelah terjadi gastrulasi maka akan terjadi proses neurulasi. Pada tahap ini terjadi proses perubahan bentuk fisik dan terjadi pula proses saling menginduksi diantara lapisan embrional. Pada tahap ini sudah terbentuk lapisan lembaga yaitu ectoderm, mesoderm dan endoderm yang kemudian akan terbentuk keping neural setelah ada induksi dari bakal notochord, selanjutnya pada tepi kiri kananya akan membentuk lipatan neural sedangkan bagian tengahnya melekuk disebut parit neural. Bersamaan dengan itu juga terjadi pertemuan antara lipatan neural kanan dan  lipatan neural kiri yang akan membentuk bumbung neural. Selanjutnya akan terbentuk organ-organ yang berasal dari lapisan lembaga.

Organ Reproduksi Vertebrata

Dalam mempertahankan jenisnya, suatu mahluk hidup akan melakukan perkembangbiakan. Sistem yang berperan dalam perkembangbiakan hewan adalah sistem reproduksi. Sistem reproduksi pada vertebrata adalah sistem reproduksi seksual. Secara umum sistem reproduksi pada vertebrata terdiri atas kelenjar kelamin (gonad), saluran reproduksi, dan kelenjar seks aksesori (pada mamalia). Hewan-hewan yang melakuakan vertilisasi secara internal, yang jantan memiliki organ kopulatoris yang berfungsi untuk menyalurkan sperma dari organisme jantan ke saluran reproduksi betina.

Rabu, 01 Mei 2013

Problem Based Learning (PBL)


A.                Pengertian PBL (Problem Based Learning)
Problem based Learning dimulai tahun 1950 sebagai restrukturisasi pendidikan sekolah kesehatan, tidak seperti pembelajaran tradisional yang berpuncak pada masalah setelah pembelajaran di awal yaitu berupa fakta, ketetampilan (skill), PBL dimulai dengan masalah, pembelajaran fakta dan keterampilan di dalam konteks yang relevan. (Bambang Rianto).
Pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis – analitis – sistematis-logis (divergent) dan

Rabu, 17 April 2013

Kelas Phycomycetes

Tumbuhan ini termasuk dalam tumbuhan tingkat rendah yang termasuk dalam golongan jamur benang yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel vegetatif multinukleat, atau disebut thalus soenositik.
Phycomycetes
Secara vegetatif dapat memperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa, dan menghasilkan spora aseksual dalam sporangium (sporangiospora).
Perkembangbiakan secara generatif dengan membentuk spora seksual. Berdasarkan cara terbentuknya spora dibagi menjadi 2 macam, (a) Oospora, hasil peleburan antara gamet-gamet yang tidak sama besarnya, dan (b) Zygospora, hasil peleburan gamet-gamet yang sama besarnya.

Berdasarkan tipe sporanya maka jamur ini juga dapat dikelompokkan dalam Oomycetes dan Zygomycetes. Phycomycetes Sering hidup dalam air, ebagai parasit atau saprofit pada hewan atau tumbuhan air, ada pula yang hidup di darat. Organisme ini memperlihatkan banyak persamaan dengan ganggang, dan oleh karena itu sering juga dinamakan jamur ganggang.


Bangsa pada Phycomycetes

Phycomycetes terbagi dalam 6 bangsa, yaitu bangsa Myxochytridiales, bangsa Chytridiales, bangsa Blastocladiales, bangsa Monoblepharidiales.

1.      Bangsa Myxochytridiales

Sel-selnya telanjang dan terpisah-pisah, kebanyakan hidup sebagai parasit atau tumbuhan air yang bertingkat rendah, tetapi ada juga yang hidup pada tumbuhan darat. Myxochytriales mengeluarkan sel-sel kembara kecil dengan satu atau dua bulu cambuk. Melihat protoplasmanya yang tidak berdinding itu dapat kita tarik kesimpulan, bahwa organisme ini dekat dengan Myxomycetes da flagellate. Myxochytridiales merupakan golongan cendawan yang paling sederhana dan paling rendah tingkat perkembangannya, oleh sebab itu juga dinamkan cendawan purba (Archimycetes).
2.      Bangsa Chytridiales

Perkembanganya, hidup sebagai saprofit atau parasit pada tumbuhan dan binatang air. Sel-sel nya mempunyai dinding yang terdiri atas kitin. Beberapa contoh dari bangsa ini ialah: Rhizophidium pollinis , hidup sebagai badan- bulat badan haustorium untuk mengambil makanannya dari serbuk dari pohon pinus yang jatuh dalam air. Pembiakan mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon . Rhizopidium goniosporum.aseksual melekat pada kecil membuat dinding Yang kuat, akhirnya akan berkecambah dan mengeluarkan zoospore Polyphagus euglenae, hidup sebagai parasit pada euglena. Pada pembuiakan seksual, sel-selnya ada gametangium jantan dan gametangium betina. Perkawinan dengan dekat kemudian membesar. Zigot mempunyai dua inti dengan perkecambahan, bersatu, diikuti oleh pembelahan reduksi, dan zigot itu zoospore.

3.      Bangsa Blastocladiales

Dari golongan ini warga yang rendah tingkat perkembanganya masih sangat menyerupai Chytridiales, misalnya Blastocladiaceaevariabilis dan Allomyces javanicus (suku Blastocladiaceae), kedua-duanya hidup dalam tanah basah, mempunyai miselium yang bercabang dengan dinding kitin.

Pada pembiakan generative terbentuk satu atau beberapa gametangium mengeluarkan banyak gamet dengan satu bulu cambuk. Yang masih rendah tingkatannya mempunyai gamet betina dan jantan yang sama (isogamete). Pada Allomyces terdapat anisogami. Sehabis kopulasi zigot itu tumbuh menjadi individu yang seringkali serupa dengan individu permulaan, tetapi yang tumbuh dari zigot ini adalah suatu sporofit. Padanya terdapat sporangium yang menghasilkan zoospore. Sanagt boleh jadi zoospore bersifat diploid. Jadi pada Blastocladiales terdapat pula pembiakan seksual dan aseksual yang terjadi pada dua individu yang terpisah. Kedua individu itu meruapakan keturunan yang bergiliran secara teratur. Melihat sel-sel kembara dengan satu bulu cambuk yang opistokon dan diding selnya yang terdiri atas kitin, diduga bahwa Blastocladiales berasal dari Chytridiales.

4.      Bangsa Monoblepharidales

Tubuh organisme ini berupa benang-benang halus, bercabang-cabang tidak bersekat, jadi merupakan suatu pipa dengan banyak initi. Dinding terdiri atas selulosa. Hidupnya dalam air pada sisa-sisa tumbuhan.

Pembiakan aseksual dengan zoospora yang mempunyai satu bulu cambuk yang opistokon. Zoospore terbentuk dalam sporagonium yang berbentuk gada. Pembiakan generative melalui oogami. Oogonium terdiri atas ujung hifa yang membesar dan membulat dan terpisah oleh suatu sekat. Pada Monoblepharidales tidak ada pergiliran keturunan, karena gemet dan sporangium terbentuk pada satu individu.

 Monoblepharidales meliputi suku Monoblepharidaceae yang mencakup antara lain Monoblepharis sphaerica dan Monoblepharis polymorpha.



jangan lupa komennyaaa.......

Anak Bangsa Aphyllophorales dan Anak bangsa agaricales


Tugas

BOTANI TUMBUHAN RENDAH
“Anak Bangsa Aphyllophorales dan Anak bangsa agaricales



Senin, 25 Maret 2013

AKAR


AKAR

A. Struktur Akar
Akar biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu akar primer yakni akar normal yang berasal dari embrio dan biasanya tetap ada sepanjang hidupnya, dan akar liar yang muncul dari batang, daun atau jaringan yang lain secara sekunder dan juga permanen atau temporer.
Fungsi dari akar primer adalah sebagai penunjang tumbuhan dalam tanah, untuk menyerap air dan zat yang larut serta merupakan tempat penyimpan cadangan makanan.


Kamis, 21 Maret 2013

“BAKTERI PENGHASIL EMAS "Cupriavidus metallidurans”


Tugas Makalah
TEKHNIK LABORATORIUM
“BAKTERI PENGHASIL EMAS "Cupriavidus metallidurans




Sabtu, 19 Januari 2013

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN INVERTEBRATA



IDENTIFIKASI HEWAN-HEWAN INVERTEBRATA DISEKITAR PANTAI DAN WILAYAH PERKEBUNAN PADA LOKASI PANTAI TANJUNG TIRAM KECAMATAN MORAMO UTARA KABUPATEN KONAWE SELATAN

KELOMPOK IX
ANGGOTA : 1. MUHAMMAD RISMAN WAHID (A1C2 11 019)
2. MUHAMMAD HARIST (A1C2 11 008)
3. AGUSTIA (A1C2 11
4. WD. SITI RESTIANTI (A1C2 11
5. REZKI ASTIKA (A1C2 11 012)
6. WD. NURTINA (A1C2 11
7. ANDI YUSNAENI (A1C2 11 085)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2013




BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

              Zologi (Yunani, Zoon = hewan + logos = ilmu) merupakan cabang biologi yang khusus mempelajari tentang hewan tidak bertulang belakang . Sejak zaman Aristoteles pengelompokan hewan di alam ini telah mengalami beberapa kali perubahan, bahkan pengelompokan ke dalam katagori takson filum pun berbeda-beda sesuai dengan dasar atau kriteria pengelompokan yang digunakan oleh masing-masing ahli. Sebagai contoh: pada awalnya kita hanya mengenal 7 filum yang termasuk ke dalam invertebrata, yaitu : 1.Protozoa 2.Porifera 3.Coelenterata 4.Vermes 5.Mollusca 6.Echinodermata 7.Arthropoda.
             Sejalan dengan perkembangannya yang dilakukan melalui observasi dan penelitian, para ahli sepakat bahwa filum Vermes yang semula membawahi 3 kelas (classis) yaitu Platyhelminthes, Nemathelminthes dan Annelida sudah tidak cocok lagi karena masing-masing kelas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, baik dilihat dari habitat, struktur, maupun fisiologinya. Oleh karena itu kedudukan katagori takson kelas berubah menjadi filum dan Vermes tidak digunakan lagi. Dengan demikian sekarang ini kita mengenal 9 filum invertebrata, yaitu: 1.Protozoa 2.Porifera 3.Coelenterata 4.Platyhelminthes 5.Nemathelminthes 6.Annelida 7.Mollusca 8.Echinodermata 9.Arthropoda Dilihat dari susunan filum tersebut, berdasarkan struktur tubuhnya para ahli menetapkan bahwa Protozoa merupakan filum yang paling rendah derajatnya dibandingkan dengan filum-filum berikutnya, filum Porifera/Sponge dianggap lebih tinggi dari Protozoa akan tetapi lebih rendah dari Coelenterata, demikian seterusnya. Namun pada saat ini, dasar penyusunan tinggi rendahnya tingkat filum tersebut telah mengalami perkembangan, ada yang didasarkan pada fisiologi yang mencakup: respirasi; ekskresi; nutrisi; sistem saraf; sistem peredaran darah, dan reproduksi), filogenetik (kekerabatan), susunan kimia tubuh, dan coelomnya. Berdasarkan susunan kimia tubuh dan coelomnya, para ahli menetapkan bahwa Echinodermata dianggap paling tinggi derajatnya di antara invertebrata karena susunan kimia penyusun tubuh echinodermata paling lengkap dibandingkan dengan invertebrata lainnya, bahkan hampir sama dengan susunan kimia tubuh yang dimiliki Chordata. Berdasarkan filogenetiknya Annelida dianggap memiliki kekerabatan yang sangat dekat dengan Arthropoda sehingga dalam urutannya Annelida senantiasa berdekatan Arthropoda. Demikian pula dengan fisiologi yang dimiliki oleh setiap filum, semakin lengkap fisiologinya semakin tinggi derajatnya. Namun yang menjadi masalah bagi para ahli adalah tidak adanya keteraturan di antara dasar pengelompkan yang digunakannya. Misalkan saja, tidak seluruh filum yang memiliki susunan kimia tubuh lebih lengkap, memiliki struktur tubuh yang lebih lengkap pula dibandingkan dengan filum-filum yang dianggap derajatnya lebih rendah, sebagai contoh: struktur tubuh Echinodermata tidak lebih baik dibandingkan dengan Arthropoda atau Mollusca, dll.
            Untuk memahami dan lebih mengenal secara langsung spesies yang diamati baik secara morfologi atau pun anotomi serta lebih mengenal habitat hewan yang diamati maka mahasiswa diwajibkan untuk mengikuti praktikum lapangan Zoologi Invertebrata. Oleh karena itu, mahasiswa Jurusan Biologi semester III Universitas Haluoleo kendari mengadakan praktikum lapang dengan objek kajian pantai dan wilayah perkebunan Tanjung Tiram.


B. RUMUSAN MASALAH

              Dunia hewan, berdasarkan ada tidaknya tulang belakang dikelompokkan menjadi hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tak bertulang belakang (Avertebrata). Kelompok hewan avertebrata mempunyai ciri-ciri tidak bertulang belakang, susunan syaraf terletak di bagian ventral (perut) di bawah saluran pencernaan, umumnya memiliki rangka luar (eksoskeleton) dan otak tidak dilindungi oleh tengkorak.


C. TUJUAN

Tujuan dilaksanakannya praktikum lapangan ini yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi hewan-hewan Avertebrata yang ada di sekitar pantai dan wilayah perkebunan Tanjung Tiram,
2. Untuk mengetahui habitat masing-masing hewan tersebut, 
3. Mengetahui cara mengawetkan organisme tersebut untuk koleksi di laboratorium guna pendidikan.


D. MANFAAT

Manfaat pelaksanaan praktikum lapangan ini diantaranya:
1. Kita dapat mengetahui habitat asli dari spesies yang ditemukan,
2. Kita dapat menemukan berbagai spesies dari masing-masing phylum.
3. Sebagai bahan pembelajaran bagi praktikan khususnya,
4. Sebagai sumber bacaan bagi masyarakat,



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

      Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih majemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protozoa merupakan organisme yang sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoologi menamakan protozoa itu aselular tetapi keseluruhan organisme itu dibungkus oleh plasma membran (Radiopoetro, 1986).
           Protozoa adalah hewan bersel tunggal, bersifat eukariotik dengan berbagai tipe simetri tubuh. Struktur tubuh di mulai dari yang paling sederhana sampai ke bentuk yang lebih kompleks. Habitat protozoa umumnya di air tawar, laut dan tanah yang lembab. Hidupnya soliter dan ada juga yang berkoloni. Cara mendapatka makanan dengn secara komensal, mutualistik dan parasit. (Sri Handayani, 2004:192).
          Porifera berasal dari kata orous yang berarti pori-pori dan ferre yang berarti membawa. Ia merupakan hewan bersel banyak yang paling primitif , tidak memiliki jaringan atau organ yang sejati namun masing-masing sel memperlihatkan kebebasannya sampai batatas-batas tertentu. Umumnya hewan porifera dijumpai hidup dilaut , melekat pada substrat dan hanya bergerak sedikit sekali. Hanya famili spongilidae yang hidup diair tawar pada porifera yang hidup dilaut berkisar 10.000 species. Umumnya pada air dangkal, namun dad pula pada bagian yang dalam ( Jutje, 2006).

          Dalam kehidupan manusia, porifera belum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pada beberapa Negara maju, misalnya Amerika, porifera dimanfaatkan sebagai alat penggosok tubuh pada waktu mandi dan alat untuk membersihkan kaca. Namun spons mandi yang banyak digunakan umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari kerangka porifera. Beberapa jenis Porifera yang dapat digunakan sebagai spons mandi yaitu Spongia dan Hippospongia. Zat kimia yang di keluarkannya memilki potensi obat penyakit kanker dan penyakit lainnya. (http://filumporifera.html).
          Coelenterata berasal dari kata Yunani: koilos + enteron ;  Koilos = rongga , enteron = usus, sering disebut hewan berongga. Coelenterata ,merupakan hewan yang tidak mempunyai usus yang sesungguhnya, tetapi pemberian nama dengan istilah “ Hewan Berongga “  itupun masih belum tepat, mengingat coelentrata adalah hewan yang tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya ( coelom ), yang dimiliki hanyalah sebuah rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenterata. Dalam kenyataan coelenteron tersebut merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat pencernan makanan dan sebagai alat pendengar sari-sari makanan keseluruh bagian tubuh. Coelenterata hidup di air laut, hanya beberapa yang hidup di air tawar ( jasin, 1992 ).
          Filum Coelenterara lebih dikenal dengan nama Cnidaria. Kata Cnidaria berasal dari bahasa Yunani, cnido yang berarti penyengat karena sesuai dengan cirinya yang memiliki sel penyengat. Sel penyengat tersebut terletak pada tentakel yang terdapat di sekitarmulutnya. (http://adityapandhu.blogspot.com/2010/02/phylumcoelenteratacnidaria.html).
          Molusca tersebar luas dalam habitat laut, air tawar, dan darat, tetapi lebih banyak terdapat dalam lautan. Umumnya molusa berselubung sebuah mantel yang merupakan batas ruang mantel itu sendiri. Secara internal, mantel itu bertaut dengan tubuh. Semua molusca mempunyai massa muscular yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya bervariasi menurut kelasnya. Molusca mempunyai sistem digesti, respirasi, eksresi dan reproduksi yang kompleks. Beberapa jenis molusca  mempunyai stadium larva trokofor serupa yang terdapat pada annelida. Sitem sirkulasi terdiri dari jantung yang beruang-ruang. Sistem pembuluh darah tertutup, menyangkut sistem kapiler spesial dalam organ-organ eksresi dan respirasi. sistem sirkulasi pada molusca merupakan sistem yang paling majemuk dari sistem sirkulasi pada invertebrata lainnya (Brotowidjoyo, 1989).
            Echinodermata kebanyakan hidup di laut, kebanyakan bersifat simetri radial. Tubuhnya terencanakan dengan 5 buah antimeter yang tersusun radial , dengan mulut ditengah-tengahnya. Pada kulit terdapat papan-papan kapur dan sebagian besar mempunayi duri-duri dermal. Hewan-hewan ini berselom. Sistem digesti lengkap, walaupun anus mungkin tidak berfungsi. Bergerak lamban dengan telapak tabung. Gerakannya diatur oleh sistem tekakanan hidrostatis, yang disebut sistem vaskular air. Sistem saraf terdiri dari cincin oral dan tali-tali saraf radier. Pad echinodermata tidak terdapat sistem respirasi dan sistem eksresi secara khusus. Fungsi dilakukan oleh proyeksi-proyeksi kulit yang disebut papula yang terdapat di antara papan-papan kapur pada kulit.




BAB III
METODE PRAKTIKUM


A. WAKTU DAN TEMPAT

1. Pengambilan Sampel
Waktu pengambilan sampel dilaksanakan pada hari Minggu, 06 Januari 2013, pukul 08.00-15.00 WITA, berlokasi di Pantai dan Perkebunan Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan.
2. Identifikasi Sampel
Pengidentifikasian sampel dilaksanakan pada hari Minggu, 06 Januari 2013, pukul 15.00-18.00 WITA, bertempat di Laboratorium Pengembangan Unit Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.


B. INSTRUMEN PRAKTIKUM

1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
No. Nama Alat Fungsi
1 Kamera Untuk mengabadikan obyek yang diinginkan
2 Termometer Untuk mengukut suhu daratan dan suhu lautan
3 Toples kaca Untuk menyimpan obyek yang di amati
4 Kantong plastik unutk menyimpan obyek

2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum lapangan kali ini yaitu :
1. Formalin 
2. Akuades 


C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Jenis-jenis hewan yang diambil merupakan hewan-hewan yang hidup di laut baik di pesisir pantai maupun yang berada pada kedalaman 1 meter dari permukaan laut dan di darat yang bertempat di sekitar Wilayah Perkebunan Tanjung Tiram.

2. Sampel

Hewan-hewan yang diperoleh di Tanjung Tiram sebagai sampel pengidentifikasian spesies yang dikelompokkan berdasarkan filum adalah sebagai berikut :

A. Euspongia micellina
B. Spongilla officularis
C. Acrophora samoensis
D. Ubur-ubur (Aurelia aurita)
E. Kerang mutiara (Melegerina sp.)
F. Kala umang (Melania sp).
G. Kepiting bakau (Scila serrata)
H. Kupu-kupu (Papylio poluxenex)
I. Belalang (Disosteria carolina)
J. Semut (Monomorium sp.)
K. Kaki seribu (julus sp.)
L. Bintang laut (Asterias forbesi)
M. Bintang laut biru (Linckia laevigata)
N. Bintang ular laut (Ophioderma brevispinum)
O. Bulu babi (Arbacia punculata)
P. Teripang (Thyone briareus)


D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA

1. Persiapan
a. Menyiapkan alat yang di perlukan pada saat praktikum
b. Mendengarkan intruksi dan arahan dari asisten atau dosen pendamping

2. Pengambilan Spesimen
a. Berjalan ke lokasi pengambilan sampel secara berkelompok dengan didampingi oleh asisten pendamping.
b. Memasuki  laut dan menemukan sampel yang tergolong dalam filum hewan invertebrate.
c. Memasukkan sampel yang ditemukan ke dalam toples atau kantong plastic

3. Pengidentifikasian
a. Mengumpulkan semua sampel yang ditemukan,
b. Membersihkan sampel yang ditemukan,
c. Memasukkan sampel yang ditemukan  ke dalam toples kaca  yang telah berisi air dan formalin serta menutupnya dengan rapat menggunakan isolasi,
d. Mengabadikan sampel tersebut,
e. Mengidentifikasi sampel yang didapat dan menyusun klasifikasinya.





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. DESKRIPSI LOKASI

         Wilayah Tanjung Tiram merupakan wilayah yang memiliki banyak keaneka ragaman hayati yang melimpah. Disekitaran pesisir lautnya banyak dijumpai pepohonan bakau yang rindang serta alam bawah lautnya banyak terdapat terumbu karang yang selalu terjaga kelestariannya. Daerah ini terletak di kecamatan Moramo Utara, kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.


B. HASIL PENGAMATAN

1. Pengamatan Pada Teripang (Thyone briareus)






Klasifikasi :
Kingdom    : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holoturoidea
Ordo : Dendrochirota
Family : Thyonedae
Genus : Thyone
Spesies      : Thyone briareus
( Jasin, 1984:213)

Deskripsi :
Teripang (Thyone briareus) ; termasuk dalam filum Porifera pada kelas Holoturoidea. Secara morfologi, tubuh teripang berwarna hitam dimana seluruh tubuhnya diselimuti oleh lapisan kutikula, lunak dan berbentuk bulat memenjang. Mulutnya terdapat pada salah satu ujung yang dikelilingi oleh tentakel yang bercabang. Selain tentakel, juga terdapat adanya kaki buluh. Pada umumnya hidup dilaut yang dangkal.

2. Pengamatan pada Dromogamphus spoliatus





Klasifikasi :
Kingdom    : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Family :
Genus : Dromogomphus
Spesies      : Dromogamphus spoliatus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Dromogamphus spoliatus sp. ; termasuk spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Mempunyai sepasang antena. Mempunyai sayap. Hidup di darat secara bebas.

3. Pengamatan pada Dolichoderos sp.
Klasifikasi :
Kingdom   : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Himenoptera
Family : Formicidae
Genus : Dolichoderos 
Spesies      : Dolichoderos sp.
 ( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Dolichoderos sp. ; termasuk spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada thoraks terdapat tiga pasang kaki yang beruas, sedangkan pada bagian kepala terdapat satu pasang antenna dan mata. Tidak terdapat sayap dan abdomen tidak bersegmen. Hidup di darat.
4. Pengamatan pada Belalang (Dissosteria carollina)
Klasifikasi :
Kingdom     : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Dissosteria 
Spesies : Dissosteria carollina
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Belalang (Dissosteria carollina) ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Terdapat tiga pasang kaki pada thoraks yang beruas-ruas dimana satu pasang kaki sangat besar dengan femur berotot daging dan bertibia panjang yang berguna untuk meloncat. Memiliki mulut yang terdiri atas maksila dan mandibula. Memiliki sayap. Hidup bebas.
5. Pengamatan pada Danaus plexipus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepdopetra
Family : Papilionidae
Genus : Danaus 
Spesies      : Danaus plexipus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Danaus plexipus ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Memiliki sayap sebanyak dua pasang dengan warna yang beragam dan sangat menarik, kakinya terdiri atas 3 pasang dimana tiap ruas thoraks terdapat 1 pasang kaki. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena dan mata. Pada bagian abdomen jelas terlihat adanya segmen. Hewan ini hidup bebas di darat.
6. Pengamatan pada Leptoterna dolobrata
Klasifikasi :
Kingdom   : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Leptoterna 
Spesies      : Leptoterna dolobrata
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Leptoterna dolobrata ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Bagian kepala terdapat dua pasang antenna dan mata. Bagian thoraks terdapat dua pasang kaki. Hidup di darat.
7. Pengamatan pada Ostrinia nubilalis
Klasifikasi :
Kingdom   : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo :
Family :
Genus : Ostrinia
Spesies    : Ostrinia nubilalis
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Ostrinia nubilalis ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Bagian kepala terdiri atas dua pasang antenna dan mata. Memiliki sayap. Hidup di darat.


8. Pengamatan pada  Acrophora sp.
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum        : Coelenterata
Classis          : Anthozoa
Ordo            : Madresporariadea
Familia        : Madreporariadea
Genus         : Acrophora
Species       : Acrophora sp.
(Jasin, 1987: 93)
Deskripsi
Acropora biasanya ditemukan di tempat dangkal di seluruh perairan indonesia, memiliki bentuk percabangan yang sangat bervariasi dari corimbose, arborescent, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai aksial koralit dan radial koalit. Bentuk radial koralit juga bervariasi, yang bentuk tubular, nariform dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 150 jenis tersebar di seluruh perairan Indonesia.Banyak Acropora yang bersifatoportunistik dan dapat bertahan pada tekanan alam seperti pemanasan dan siltasi. Disamping itu, karang bercabang ini dapat menghasilkan produksi karbonat yang tinggi.



9. Pengamatan pada Tellescopieum tellescopium
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum       : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Megastrpoda
Familia        : Poramididae
Genus         : Tellescopieum
Species       : Tellescopieum tellescopium
(Marshall, 1972: 705)

Deskripsi

Tellescopieum tellescopium memiliki cangkok dan berbentu kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkoknya. Hewan ini terdapat di laut. Berwarna hitam


10. Pengamatan pada Nassarius stolatus
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Bassomathoporidae
Familia        : Nasaridae
Genus         : Nassarius
Species       : Nassarius stolatus
( Jasin, 1987: 153)

Deskripsi
Nassarius stolats memiliki cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna hitam.

11. Pengamatan pada Anadonta woodina
Klasifikasi 
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis          : Bivalvia
Ordo            : Eulamallibranchia
Familia         : Unionidae
Genus          : Anadonta
Species        : Anadonta woodina
( Jasin, 1987: 153)

Deskripsi
Anadonta woodina cankok terdiri atas dua bagian kedua cangkok tersebut disatukan oleh sendi elastis yang disebut hinge. Bagian cangkok yang menggelembung atau membesar dekat sendi disebut umbo. Di dekat umbo terdapat garis konsentris yang menunjukkan gais interval pertumbuhan. Sel epitel bagian luar dari mantel menghasilkan zat pembuat cangkok.

12. Pengamatan pada Ophioderma brevispinum
Klasifikasi     
Kingdom     : Animalia
Phylum       : Echinodermata
Classis         : Ophiuroidea
Ordo            : Oegophiurida
Familia        : Ophiuridae
Genus         : Ophioderma
Species       : Ophioderma brevispinum
(Jasin, 1987: 154)
Deskripsi
Ophioderma brevispinum Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya osikula. Dibagian lateral terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral duri tidak ada. Bentuk ambulakralnya menyerupai ular. Memiliki amburakral dengansistem simetri radial yang berjumlah lima. Hidup dengan cara mengambang benthos di bawah laut, waktu  hidup : ordovician-Resent, Lingkungan Pengendapan :  Zona neritrik dengan  kedalaman 20-200 meter.
13. Pengamatan pada Euspongilla sp. 1
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Porifera
Classis          : Demospongiae
Ordo            : Keratosadea
Familia        : Keratosadae
Genus          : Euspongilla
Species        : Euspongilla sp. 1
(Jasin, 1987: 155)


Deskripsi
Euspingilla sp. Tubuh berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang. Memiliki tipe saluran air.
14. Pengamatan pada Euspongilla sp. 2
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Porifera
Classis          : Demospongiae
Ordo            : Keratosadea
Familia        :  Keratosadae
Genus          : Euspongilla
Species        : Euspongilla sp. 2
(Marshall, 1972: 706)
Deskripsi
Euspingilla sp. Tubuh berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang. Memiliki tipe saluran air.

15. Pengamatan pada Cardium edulo
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Mollusca
Classis          : Bivalvia
Ordo             : Veneroida
Familia         : Cardiidae
Genus           : Cardium
Species         : Cardium edulo
(Marshall, 1972: 707)
Deskripsi
Cardium edulo tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati, simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan (inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan bereproduksi dengan cepat. Berwarna putih.


16. Pengamatan pada Cardium  sp.
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Bivalvia
Ordo            : Veneroida
Familia         : Cardiidae
Genus           : Cardium
Species         : Cardium sp.
(Jasin, 1987: 157)
Deskripsi
Cardium sp. tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati, simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan (inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan bereproduksi dengan cepat. Berwarna hitam.




17. Pengamatan pada Terebralia sulcata
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Caenogastropoda
Familia        : Potamididae
Genus          : Terebralia
Species        : Terebralia sulcata
(Marshall, 1972: 708)
Deskripsi
Terebralia sulcata  memiliki cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna coklat.
18. Pengamatan ppada Nerita polita
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Mollusca
Classis          : Gastopoda
Ordo             : Neritimorpha
Familia         : Neritidae
Genus           : Nerita
Species         : Nerita polita
(Jasin, 1987: 154)
Deskripsi
Nerita polita  Hewan ini memiliki cangkang yang mengkilap dan licin. Pada cangkang dapat menunjukan tanda pertumbuhan hewan ini. Warna luar cangkang bercorak putih dan abu-abu. Pada bagian dalam cangkang berwarna cerah dan kekuning-kuningan. Tinggi dapat mencapai 30 mm dan lebar dapat mencapai 39 mm.





BAB V
PENUTUP


A. SIMPULAN

Dari dasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik suatu simpulan sebagai berikut:
1. Filum invertebrata, yaitu: Protozoa, Porifera, Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Echinodermata, Arthropoda.
2. Dalam pengawetan hewan-hewan tersebut diatas, digunakan formalin 10% untuk pengawetan basa. Sedangkan untuk pengawetan kering, hewan tersebut (contohnya serangga) di keringkan dan diberi paradichloro benzon atau naftalen, agar tidak rusak. 









DAFTAR PUSTAKA

Laporan%20Zoologi%20Invertebrata%20%C2%AB%20Muliayanti's%20Blog.htm
Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta. Erlangga: x + 386 hlm.
Rohmimohtarto, Kasijan. 2007. Biologi Laut Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut .Jakarta. Djambatan : xii + 540 hlm
Anonim a. 2012. Protozoa. http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa. Diakses pada tanggal 13 April 2012 pukul 19.00 WIB
Anonim b. 2012. Chlamydomonas. http://id.wikipedia.org/wiki/Chlamydomonas. Diakses pada tanggal 13 April 2012 pukul 19.10 WIB
Brotowidjojo, M.D., 1989. Zoologi Dasar. Erlangga. Jakarta. 
Campbell, N. A., 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Erlangga. Jakarta.
Dwisang, E. L., 2008. Inti Sari Biologi. Scientific Press. Tangerang.
 Filum Annelida. Http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/11/mengenal-seluk-beluk-phylum-annelida. Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Jasin. M., Zoologi Invertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid III .. Erlangga. Jakarta.
Nemathelminthes dan Annelida. ,http://id.shvoong.com/exact-sciences /biology/ 2224519 -nemathelminthes-dan-annelida/ (06 ). Diakses tanggal 07 Januari 2013.

Oemarjati, B. S. 1990. Taksonomi Avertebrata.. UI-Prees. Jakarta.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi Invertebrata. ALFABETA. Bandung.
George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta