FUNGY 011

jika kamu tidak mengenal duniamu maka kamu tidak akan mengenal dirimu.

FUNGY 011

Cita-cita yang selalu bersinar di depan saya dan memenuhi saya dengan kegembiraan hidup adalah kebaikan, keindahan dan kebenaran.

FUNGY 011

Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya.

FUNGY 011

Impian kita biasanya berada pada empat atau lima langkah di depan jangkauan pengetahuan dan pengalaman kita. Namun, melalui kerja keras, tekad yang membara, juga ikhtiar coba-coba, terkadang di sana kita mampu mencari cara untuk mencapai impian kita.

FUNGY 011

Hidup itu seperti naik sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak.

Kamis, 06 Maret 2014

Embrio Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

Embrio Lalat Buah (Drosophila melanogaster)

Pengamatan pada lalat buah (Drosophila melanogaster) adalah jenis serangga bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera, (bangsa lalat). Drosophila sp. Memiliki mata berwarna merah bata, dan memiliki cincin hitam melingkardi perutnya. Dimorfisme seksual menunjukan tubuh betina lebih besar daripada tubuh jantan. Jantan dengan mudah bisa dibedakan dengan betina dari perbedaan warna, patch hitam diperut, terdapat sexcomb (deretan bulu gelap di tarsus kaki depan) dan memiliki sekelompok bulu runcing (claspers).
Proses reproduksi pada Drosophila sp.pertamaDrosophila jantan menyesuaikan diri dengan menggetarkan sayapnya, kemudian dengan segera posisi kaki jantan berada di bagian perut Drosophila betina dengan posisi rendah untuk menekan dan menjilati kelamin betina. Kemudian Drosophila jantan berkopulasi. Lama waktu Drosophila melakukan fertilisasi adalah 30 menit, selama jantan mentransfer ratusan sel-sel sperma yang sangat panjang (1,7 mm) ke alat kelamin Drosophila betina.
Masa perkembangan Drosophila sp. sangat singkat, hanya butuh 7 hari untuk mencapai dewasa. Perkembangan bisa meningkat pada suhu30oC. Panjang telur sekitar 0,5 milimeter, dan menetas setelah12-15 jam menjadi larva dan terjadi moltingkebentuk larva instar 2 dan 3 setelah 24-48 jam setelah menetas. Kemudian larva encapsulate menjalani puparium, atau berubah menjadi pupa dan akhirnya bermetamorfosis menjadi individu dewasa.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago.Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan.
Periode kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago (fase seksual dengan perkembangan pada sayap).Telur Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hariTelur Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian luar dan di anteriornya terdapat dua tangkaitipis. Korion mempunyai kulit bagian luar yang keras dari telur tersebut.
Larva Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea, terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan posterior.
Saat kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga) makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan berhenti bergerak. Pada Drosophila, destruksi sel-sel larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago.
Selama makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa.
Saat larva Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini, larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi lalat dewasa.
Struktur dewasa tampak jelas selama periode pupa pada bagian kecil jaringan dorman yang sama seperti pada tahap embrio. Pembatasan jaringan preadult (sebelum dewasa) disebut anlagen. Fungsi utama dari pupa adalah untuk perkembangan luar dari anlagen ke bentuk dewasa.

Dewasa pada Drosophila sp. dalam satu siklus hidupnya berusia sekitar 9 hari. Setelah keluar dari pupa, lalat buah warnanya masih pucat dan sayapnya belum terbentang. Sementara itu, lalat betina akan kawin setelah berumur 8 jam dan akan menyimpan sperma dalam jumlah yang sangat banyak dari lalat buah jantan. 

Pembelajaran Tematik

Hakikat Pembelajaran Tematik
Pembelajaran  di  kelas  rendah  pada  sekolah  dasar  harus  memperhatikan karakteristik  siswa yang akan menghayati pengalaman belajar sebagai suatu kesatuan yang utuh. Pembelajaran yang memisahkan penyajian mata pelajaran akan membuat siswa kelas rendah merasa kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar siswa mendapat pengalaman belajar yang bermakna.
1.    Pengertian Pendekatan Tematik
Resmini (2006) berpendapat bahwa:
“pembelajaran  tematik  sebagai suatu  konsep  dapat  dikatakan  sebagai  pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa”.
Pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada praktek   pembelajaran  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  anak.  Sejalan  dengan  itu, pembelajaran  tematik   akan  dikendalikan  oleh  eksplorasi  topik  yang  ada  dalam kurikulum. Dengan demikian, siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi butir- butir pembelajaran secara lintas disipilin.
2.    Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Tematik Diterapkan di Sekolah Dasar
Resmini (2006:19) berpendapat bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran tematik diantaranya :
a.    Mendorong  guru  berkreatifitas,  sehingga  guru  dituntut  untuk  memiliki wawasan, pemahaman, dan kreatifitas dalam pembelajaran.
b.    Memberikan guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis,  menyeluruh,  dan  bermakna  sesuai  kemampuan,  kebutuhan,  dan kesiapan siswa.
c.    Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal,           menerima, menyerap, dan memahami hubungan antara konsep, pengetahuan, dan nilai yang terdapat dalam setiap mata pelajaran.
d.   Menghemat  waktu,  tenaga,  biaya  dan  sarana,  juga  menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.
Adapun kelemahan pembelajaran tematik diantaranya adalah :
a.    Menuntut  peran  guru  yang  memiliki  pengetahuan  dan  wawasan  luas, kreatifitas  tinggi, keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi, dan berani untuk mengemas dan mengembangkan materi.
b.    Dalam pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa yang baik dalam aspek intelegensi.
c.    Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup banyak dan berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
d.   Memerlukan jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
e.    Pembelajaran tematik memerlukan system penilaian dan pengukuran ( obyek, indikator, dan prosedur ) yang terpadu.
f.     Pembelajaran  tematik  tidak  mengutamakan  salah  satu  atau  lebih  mata pelajaran dalam proses pembelajarannya.

3. Model Pendekatan Tematik
Fogarty    dalam    Resmini        (2006:31)    memberikan    sepuluh    pandangan    tentang pembelajaran terpadu, yaitu :
a.    Fragmented.
Model fragmented pemaduannya hanya terbatas pada satu disiplin ilmu tertentu saja. Misalnya mata  pelajaran bahasa dan sastra indonesia disikapi memiliki dua disiplin yang berbeda, yakni bahasa dan kesusastraan. Pemaduan butir pembelajaran kosa kata, struktur,   membaca,   dan      mengarang       hanya                 dihubungkan        dengan          pembelajaran kemampuan berbahasa saja. Pembelajaran ini dilakukan secara berurutan pada jam-jam pelajaran yang berbeda.
b.  Connected
Model    connected    dilandasi    anggapan    bahwa   butir-butir    pembelajaran     dapat dipayungkan pada induk disiplin ilmu tertentu. Misalnya dalam pembelajaran bahasa dan sastra  indonesia berada dalam satu disiplin ilmu, butir pembelajaran kosa kata, struktur,  membaca,  da mengarang  merupakan  satu  keutuhan  yang  membentuk kemampuan    bernahasa         dan     bersastra.           Hanya     saja              pembentukan       pemahaman, keterampilan, dan pengalaman tidak  berlangsung secara otomatis, maka guru harus mengemas pembelajaran secara terpadu.

c. Nested
Model  nested   merupakan   pemaduan   berbagai   bentuk   penguasaan   konse dan keterampilan  melalui  sebuah  kegiatan  pembelajaran,  pembelajaran  berbagai  bentuk konsep dan keterampilan tidak harus dirumuskan dalam indikator keberhasilan
d. Sequenced
Model sequenced merupakan model pemaduan topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel.
e. Shared
Model  shared  merupakan  bentuk  pemaduan  yang  disebabkan  ketumpangtindihan konsep dalam dua mata pelajaran atau lebih.
f. Webbed
Model webbed  adalah  model  yang  dianggap  paling  populer.  Pada  dasarnya  model webbed  merupakan  bentuk  yang  bertolak  belakang  dari  pendekatan  tematis  dalam mengintegrasikan  bahan  pembelajaran.  Tema  sebagai  ide  sentral  dijadikan  sebagai landasan penyampaian isi pembelajaran interdispliner maupun antardisipliner.
g. Threated
Model threated  merupakan  pemaduan  bentuk  keterampilan.  Misalnya  mengadakan prediksi dan estimasi dalam matematika. Model ini berfokus kepada metacurriculum.
h. Integrated
Model integrated merupakan model pemaduan sejumlah topik pembelajaran dari mata pelajaran yang berbeda tapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Misalnya topik evidensi yang semula ada dalam matematika, sains, dan pengetahuan sosial agar tidak membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran sains.
i. Immersed
Model  immersed  cukup  dirancang  untuk  membantu  siswa  dalam  menyaring  dan memadukan   berbagai  pengalaman  dan  pengetahuan  dihubungkan  dengan  medan pemakaiannya. Dalam hal ini, tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
j. Networked
Model  networked  merupakan  model  pemaduan  pembelajaran  yang  mengandaikan kemungkina pengubahan  konsepsi,  bentuk  pemecahan  masalah,  maupun  bentuk keterampilan baru setelah mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar  disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.

3.  Perencanaan Pembelajaran Tematik
Berdasarkan pendapat Resmini (2006:75) bahwa pembelajaran tematik mempunyai  ciri-ciri berpusat pada siswa, memberikan pengalaman langsung pada siswa, pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, penyajian konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu  proses pembelajaran, bersifat fleksibel, dan hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, maka langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yang harus dilakukan adalah :
a.    Mempelajari butir-butir pembelajaran dalam KTSP.
b.    Menyusun sendiri butir-butir pembelajaran apa saja yang dapat dipadu dan dipayungkan dalam unit tematis tertentu.
c.    Menetapkan kompetensi dasar dan merumuskan indikator pembelajarannya.
d.   Mengidentifikasi keselarasan hubungan kompetensi dasar dengan butir-butir indikator hasil belajar dari antartopik pembelajaran.
e.    Menentukan  tema  dan  teks  yang  akan  dijadikan  payung  dan  landasan pembelajaran.
f.     Menentukan skenario pembelajaran.

Skenario pembelajaran kurang lebih harus menggambarkan :
a.      Prosedur kegiatan belajar tergambarkan dalam kegiatan pembelajaran.
b.      Kegiatan  yang  dilakukan  guru  dalam  menciptakan,  mengendalikan,  dan menilai proses  pembelajaran harus mencakup kegiatan yang dilakukan guru maupun siswa.
c.      Bentuk interaksi dialog harus dilakukan antar guru-siswa dan siswa-siswa.

4. Alasan Penerapan Pembelajaran Tematik
Disamping meningkatkan efesiensi penyelenggaraan program pendidikan, juga karena :
  1. Peneliti sebagai guru kelas mengetahui dan memahami masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran selama ini.
  2. Pembelajaran dirasa lebih tepat diterapkan di kelas rendah karena sesuai dengan karakteristik belajar siswa
  3. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
  4. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna.
  5. Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan yang dihadapi.
  6. Menumbuhkan keterampilan sosial dan bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.