Hakikat
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran di kelas rendah pada sekolah
dasar
harus memperhatikan karakteristik siswa yang akan menghayati pengalaman belajar
sebagai suatu kesatuan
yang utuh. Pembelajaran yang memisahkan penyajian mata pelajaran akan membuat
siswa kelas rendah merasa kesulitan dalam belajar. Oleh karena itu, pembelajaran
harus dirancang sedemikian
rupa agar siswa mendapat pengalaman belajar
yang bermakna.
1. Pengertian
Pendekatan Tematik
Resmini (2006)
berpendapat bahwa:
“pembelajaran tematik sebagai suatu konsep
dapat dikatakan sebagai
pendekatan pembelajaran yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
belajar yang bermakna kepada siswa”.
Pembelajaran tematik diyakini sebagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada
praktek pembelajaran yang sesuai
dengan
kebutuhan anak. Sejalan dengan itu, pembelajaran tematik akan dikendalikan
oleh eksplorasi topik
yang ada dalam
kurikulum. Dengan demikian, siswa dapat belajar menghubungkan proses dan isi butir-
butir pembelajaran secara lintas disipilin.
2. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Tematik Diterapkan di Sekolah Dasar
Resmini (2006:19) berpendapat
bahwa pembelajaran tematik memiliki kelebihan dan
kelemahan. Kelebihan pembelajaran tematik
diantaranya :
a.
Mendorong
guru
berkreatifitas,
sehingga guru dituntut
untuk
memiliki wawasan, pemahaman, dan
kreatifitas dalam pembelajaran.
b.
Memberikan guru untuk mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, dinamis,
menyeluruh,
dan
bermakna sesuai kemampuan, kebutuhan, dan kesiapan siswa.
c.
Mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami hubungan antara konsep, pengetahuan, dan nilai
yang terdapat dalam setiap mata
pelajaran.
d.
Menghemat
waktu,
tenaga,
biaya dan sarana, juga menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran.
Adapun kelemahan
pembelajaran tematik diantaranya
adalah :
a.
Menuntut
peran guru
yang
memiliki pengetahuan
dan
wawasan
luas, kreatifitas tinggi, keterampilan, kepercayaan diri dan etos akademik yang tinggi,
dan berani untuk mengemas dan
mengembangkan
materi.
b.
Dalam
pengembangan kreatifitas akademik, menuntut kemampuan belajar siswa
yang baik dalam aspek
intelegensi.
c.
Pembelajaran tematik memerlukan sarana dan sumber informasi yang cukup
banyak dan berguna untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan yang diperlukan.
d.
Memerlukan
jenis kurikulum yang terbuka untuk pengembangannya.
e.
Pembelajaran tematik memerlukan
system penilaian dan pengukuran
( obyek, indikator, dan prosedur ) yang terpadu.
f.
Pembelajaran
tematik tidak
mengutamakan salah
satu atau
lebih
mata pelajaran dalam proses pembelajarannya.
3. Model Pendekatan
Tematik
Fogarty dalam Resmini (2006:31) memberikan sepuluh pandangan tentang
pembelajaran terpadu, yaitu :
a. Fragmented.
Model fragmented pemaduannya
hanya terbatas pada satu disiplin ilmu tertentu
saja. Misalnya mata pelajaran bahasa dan sastra
indonesia disikapi memiliki dua disiplin yang
berbeda, yakni bahasa dan kesusastraan. Pemaduan butir pembelajaran
kosa kata, struktur, membaca, dan mengarang hanya dihubungkan dengan pembelajaran
kemampuan berbahasa saja. Pembelajaran ini dilakukan secara berurutan pada jam-jam
pelajaran yang berbeda.
b.
Connected
Model connected dilandasi anggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk disiplin ilmu tertentu. Misalnya dalam pembelajaran bahasa
dan sastra indonesia berada dalam satu disiplin ilmu, butir pembelajaran kosa kata, struktur, membaca,
dan mengarang
merupakan satu
keutuhan yang
membentuk
kemampuan bernahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman,
keterampilan, dan pengalaman tidak berlangsung secara otomatis, maka guru harus mengemas
pembelajaran secara terpadu.
c. Nested
Model
nested merupakan pemaduan
berbagai bentuk
penguasaan konsep dan keterampilan melalui
sebuah kegiatan pembelajaran, pembelajaran berbagai bentuk
konsep dan keterampilan
tidak harus dirumuskan dalam indikator keberhasilan
d. Sequenced
Model sequenced
merupakan model pemaduan topik antar mata pelajaran
yang berbeda secara paralel.
e. Shared
Model
shared
merupakan bentuk pemaduan yang disebabkan ketumpangtindihan
konsep dalam dua mata
pelajaran atau lebih.
f. Webbed
Model webbed adalah
model
yang
dianggap
paling
populer. Pada dasarnya model webbed merupakan bentuk
yang bertolak
belakang
dari
pendekatan tematis
dalam mengintegrasikan bahan
pembelajaran. Tema sebagai ide sentral dijadikan
sebagai
landasan penyampaian isi pembelajaran interdispliner maupun antardisipliner.
g. Threated
Model threated merupakan
pemaduan bentuk keterampilan.
Misalnya mengadakan prediksi dan estimasi dalam matematika. Model ini berfokus kepada metacurriculum.
h. Integrated
Model integrated merupakan
model pemaduan sejumlah topik pembelajaran
dari mata pelajaran yang berbeda
tapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.
Misalnya topik evidensi yang semula ada dalam matematika,
sains, dan pengetahuan sosial agar tidak
membuat muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran sains.
i. Immersed
Model
immersed cukup
dirancang untuk
membantu
siswa dalam menyaring dan memadukan
berbagai
pengalaman
dan
pengetahuan dihubungkan dengan medan
pemakaiannya. Dalam hal ini, tukar pengalaman dan pemanfaatan
pengalaman sangat
diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran.
j. Networked
Model
networked
merupakan
model
pemaduan
pembelajaran
yang
mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun bentuk keterampilan baru setelah mengadakan studi
lapangan dalam situasi, kondisi,
maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa.
3.
Perencanaan Pembelajaran
Tematik
Berdasarkan pendapat Resmini (2006:75) bahwa pembelajaran tematik mempunyai ciri-ciri berpusat
pada siswa, memberikan pengalaman
langsung pada siswa, pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas, penyajian konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu
proses pembelajaran, bersifat fleksibel, dan hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, maka langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik yang harus dilakukan adalah :
a.
Mempelajari butir-butir pembelajaran dalam KTSP.
b.
Menyusun sendiri butir-butir pembelajaran
apa saja yang dapat dipadu dan
dipayungkan dalam unit tematis tertentu.
c.
Menetapkan kompetensi dasar dan merumuskan indikator pembelajarannya.
d.
Mengidentifikasi keselarasan hubungan kompetensi dasar dengan butir-butir indikator hasil belajar dari antartopik pembelajaran.
e.
Menentukan tema dan teks yang
akan
dijadikan
payung dan landasan pembelajaran.
f.
Menentukan skenario pembelajaran.
Skenario pembelajaran kurang lebih harus menggambarkan :
a. Prosedur kegiatan belajar tergambarkan dalam kegiatan pembelajaran.
b. Kegiatan yang
dilakukan guru dalam
menciptakan, mengendalikan,
dan menilai proses pembelajaran harus mencakup kegiatan yang dilakukan guru maupun
siswa.
c. Bentuk interaksi dialog harus
dilakukan antar guru-siswa
dan siswa-siswa.
4. Alasan Penerapan Pembelajaran Tematik
Disamping meningkatkan
efesiensi penyelenggaraan program pendidikan, juga
karena :
- Peneliti sebagai guru kelas mengetahui dan
memahami
masalah-masalah
yang terjadi dalam proses pembelajaran
selama ini.
- Pembelajaran
dirasa lebih tepat diterapkan di
kelas rendah karena sesuai dengan karakteristik belajar siswa
- Pengalaman dan
kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
- Hasil belajar akan bertahan lebih
lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
- Mengembangkan keterampilan berpikir siswa dengan permasalahan
yang dihadapi.
- Menumbuhkan keterampilan sosial dan bekerja sama,
toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.