Menurut
Ismail (2003), istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada strategi, metode, atau prosedur. Suatu model pembelajaran mempunyai
empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu, yaitu
rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut
dapat dilaksanakan, serta lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai. Menurut Muslimin dkk (2000), semua model pembelajaran ditandai
dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan.
Menurut Muslimin dkk (2000), pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu menurut Wina (2006), model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif,
yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya
belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang harus dicapai.
Sementara menurut Anita dalam Cooperative Learning (2007), model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.
Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan
siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan
keterampilan sosial. Menurut banyaknya keluhan-keluhan guru tentang
pembelajaran yang menggunakan diskusi kelompok yang sudah dilakukan,
diantaranya:
- pemborosan waktu;
- siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam kelompok;
- siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya tidak adil;
- siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder bekerjasama dengan teman temannya yang lebih mampu;
- terjadi situasi kelas yang gaduh.
Telah
disebutkan di atas bahwa tidak semua kerja dengan menggunakan diskusi kelompok
bisa dianggap sebagai belajar dengan pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu,
guru perlu mengembangkan wawasan tentang pembelajaran kooperatif sehingga dapat
meminimalkan keluhan-keluhan yang ada. Ada unsur-unsur dasar dimana suatu
pembelajaran disebut pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran
kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan
mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru.
Prinsip
dasar dalam pembelajaran kooperatif (Muslimin dkk, 2000) adalah sebagai
berikut:
- Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
- Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan dievaluasi.
- Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
- Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta untuk mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
- Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
- Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
- Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masing-masing individu.
Menurut
Muslimin dkk (2000), hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif
bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah antara lain:
a. meningkatkan
pencurahan waktu pada tugas;
b. rasa
harga diri menjadi lebih tinggi;
c. memperbaiki
kehadiran;
d. penerimaan
terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar;
e. perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil;
f. konflik
antar pribadi berkurang;
g. sikap
apatis berkurang;
h. motivasi
lebih besar atau meningkat;
i.
hasil belajar lebih tinggi;
j.
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan,
dan toleransi.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Beberapa
tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain
Slavin (1985), Lazarowitz (1988), atau Sharan (1990) adalah tipe Jigsaw, tipe
NHT (Number Heads Together), tipe TAI (Team Assited Individualization),
dan tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Dalam modul
ini, akan dibahas pembelajaran kooperatif tipe STAD. Alasan dipilih
pembahasan pembelajaran kooperatif tipe STAD karena pembelajaran
kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling
sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi
yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru
melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut.
- Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa. Misal, antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali pertemuan, tetapi dapat lebih dari satu.
- Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.
- Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
- Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antaranggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.
- Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu
- Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
- Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.
Daftar Pustaka
Anita Lie. 2007. Cooperative Learning. Jakarta:
Grasindo
Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model
Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP
Muslimin, dkk.2000. Pembelajaran Kooperatif.
Surabaya: UNESA UNIVERSITY PRESS.
Wina S. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.