Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang
mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem
koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya
untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima
melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan
rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem ini melibatkan sistem saraf dan sistem hormon yag dimana keduanya memiliki sifat atau ciri yang berbeda. Berikut saya akan memaparkan perbedaan dari sistem saraf dan sistem hormon serta fisiologi dari kerja saraf dan hormon itu sendirii... Semogga bermanfaat,,,,
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem ini melibatkan sistem saraf dan sistem hormon yag dimana keduanya memiliki sifat atau ciri yang berbeda. Berikut saya akan memaparkan perbedaan dari sistem saraf dan sistem hormon serta fisiologi dari kerja saraf dan hormon itu sendirii... Semogga bermanfaat,,,,
Perbedaan sitem saraf & sistem hormon
Sistem Saraf
- Sistem saraf
- Pengendali utama berupa sistem saraf pusat
- Asal sel saraf dari sistem sel
- Bentuk sinyal berupa listrik
- Reaksi cepat
- Efek yang ditimbulkan cepat hilang
- Struktur sel saraf berkesinambungan dari sel target dan sumber sinyal
- Target sel saraf cuma satu
- Senyawa yang dilepaskan berupa neurontransmilter
Sistem Hormon
- Sistem hormon
- Pengendali utama berasal dari hipotalamus
- Hormon berasal dari kelenjar endokrin
- Betnuk sinyal berupa senyawa organik (peptida/lipid)
- Reaksi lambat
- Efek yang dihasilkan lama hilangnya
- Strukturnya tidak saling berkesinambungan
- Target selnya lebih dari satu
- Senyawa yang dilepaskan berupa hormon itu sendiri
Sistem Saraf
Saraf merupakan salah satu komponen sistem
koordinasi pada tubuh hewan. Sistem saraf dapat dilukiskan sebagai kumpulan
neuron yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengkoordinasi
berbagai aktifitas tubuh. Organisasi sistem hewan sangat berfariasi, tergantung
pada tingkat perkembangan tubuh masing-masing hewan. Hewan dengan tingkat
perkembangan tubuh sederhana memiliki susunan organisasi sistem saraf yang
sederhana juga sebaliknya, hewan dengan tingkat perkembangan yang sudah maju
memiliki susunan oorganisasi sistem saraf yang lebih kompleks. Misalnya sistem saraf difus dan sistem saraf tangga tali. Perbedaan sistem saraf difus dan sistem saraf tangga tali, yaitu pada Sistem saraf difus
merupakan sistem saraf yang saraf-sarafnya masih tersebar dan saling berhubungan sehingga membentuk seperti jala. sedangkan Sistem
saraf tangga tali merupakan sistem saraf dengan dua ganglion utama sebagai
pusat saraf yang dihubungkan oleh saraf-saraf lateral sehingga membentuk
seperti tangga tali.
Bagian-bagian sel saraf sendiri terdiri dari:
- Badan Sel (Perikarion), bagian sel yang mengandung nukleus. Sitoplasma mengandung badan Nissl (modifikasi retikum endoplasma kasar). Badan sel berfungsi mengatur seluruh aktifitas sel saraf.
- Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma dari badan sel. Berukuran lebih halus, lebih pendek, dan memiliki percabangan yang lebih banyak dibanding akson, fungsinya meneruskan rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.
- Akson (neurit) merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel.
Menurut fungsinya sel saraf dibagi menjadi 3
yaitu:
- Neuron Sensorik, berhubungan erat dengan alat indra, sehingga disebut juga saraf indra. Bagian dendrit berhubungan langsung dengan alat indera (reseptor) dan bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain.
- Neuron Motorik berhubungan langsung dengan bagian efektor (otot/kelenjar), berfungsi untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
- Interneuron (Neuron Asosiasi) yaitu neuron yang menghubungkan satu neuron dengan lainnya.
Berikut fisiologi mekanisme jalanya impuls dalam sel saraf dan antar sel saraf, yang melatar belakangi sehingga suatu organ dapat memberi respon dari ransangan yang diterima,,
- Mekanisme fisiologi jalannya impuls pada sel saraf (Potensial Aksi)
Pada
keadaan normal muatan pada membran dalam sel saraf bermuatan negatif sedangkan
diluar sel bermuatan positif. Ketika adanya suatu impuls berupa sinyal, harus
mampu merubah permeabilitas sel saraf dengan cara membuka chanel Na.
Terbukanya chanel Na membuat ion Na berdifusi masuk ke dalam sel saraf dan
membalikan muatan menjadi positif didalam sel saraf tersebut, hal ini dikenal
sebagai Depolarisasi. Kemudian langsung
diikuti oleh proses Repolarisasi dimana
diaktifkannya chanel K, sehingga ion K dapat berdifusi keluar dari sel saraf
kemudian menjadikan muatan diluar sel menjadi negatif. Hal ini kemudian akan
berlangsung terus menerus secara berulang-ulang sepanjang akson. Perubahan
dari depolarisasi ke repolarisasi kemudian kedepolarisasi dinamakan Potensial Aksi.
Agar impuls tidak kembali dan tetap berjalan disepanjang akson, maka
terjadi yang namanya refraksi pada sel saraf tersebut sehingga channel yng
sebelumnya terbuka menjadi tidak terbuka lagi sehingga sinyal tidak kembali.
Saat dimana kosentrasi ion Na dalam sel dan konsertasi ion K diluar sel telah
mencapai ambang tertentu akan menganktifkan pompa Na & K dengan bantuan
ATP sehingga ion Na akan dipompa keluar sel dan ion K dipompa masuk kedalam
sel dan terjadi perubahan muatan menjadi kekeadaan normal. Setiap 3 ion Na
yang dipompa keluar akan diimbangi dengan 2 K yang dipompa masuk kedalam sel
saraf.
- Mekanisme fisiologi jalanya impuls antar sel saraf (sinapsis)
Ketika
potensial aksi telah mencapai ujung akson, maka potensial aksi tersebut harus
mampu merubah permeabilitas membran
terhadap ion Ca, dengan cara membuka chanel Ca sehingga ion Ca dapat
masuk kedalam presynaptic (presinaps). Ca yang bertindak sebagai secon
masenjer akan merangsang vesikel synaptik untuk menuju membran dan melepas
isinya berupa aseticolin yang merupakan salah satu molekul neurontransmiter.
Asetikolin yang berada pada celah synaptik tersebut kemudian akan melekat pada
sisi pelekatan channel Na, dan membuka channel Na tersebut sehingga Na dapat
berdifusi masuk ke dendrit neuron lainnya sehingga impuls dapat berjalan dari
sutu sel saraf ke sel saraf lainnya. Asetikolin tadi akan dihidrolisis oleh asetikolinesterase
jika tidak diperlukan lagi.
Untuk
komunikasi antara sel saraf yang jauh namun agak jauh, maka sel saraf akan
melepas sinyal paracrine. Kemudian sinyal paracrine ini akan terikat pada
reseptor sel target
- Mekanisme Fisiologi Protozoa dan Porifera dapat memberi respon terhadap suatu sinyal,
Protozoa dan porifera tidak memiliki sistem saraf. Namun setiap sel penyusun tubuhnya mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Dimana adanya suatu ransangan akan diterima oleh reseptor pada permukaan membran selnya sehingga membentuk komponen spesifik yang kemudian akan mengaktifkan protein G. protein G kemudian akan mengaktifkan Adenylyl cyclase. Aktifnya adenylyl cyclase ini kemudian akan merubah ATP menjadi cyclic AMP (cAMP). cAMP sebagai secon masenger inilah yang kemudian akan berikatan dengan protein target, dengan demikian akan mempengaruhi proses metabolisme dalam sel dengan cara mempengaruhi proses transkripsi didalam sel.
- Fisiologi bagaimana ransangan dapat merubah aktifitas sel atau jaringan maupun organ!
Saat
adanya ransangan akan ditangkap oleh reseptor pada permukaan membran sel
sehingga membentuk komponen reseptor yang kemudian akan mengaktifkan protein
G. protein G kemudian akan mengaktifkan Adenylyl cyclase. Aktifnya adenylyl
cyclase ini kemudian akan merubah ATP menjadi cyclic AMP (cAMP). cAMP sebagai
secon masenger inilah yang kemudian akan berikatan dengan protein target,
dengan demikian akan mempengaruhi proses metabolisme dalam sel dengan cara
mempengaruhi proses transkripsi didalam sel.
Sistem Hormon
Sistem
endokrin (Hormon) adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon
yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai
"pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam
tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi
suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar
ludah, kelenjar
keringat, dan
kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar endokrin (endocrineglarul) terdiri dari (1)
kelenjar hipofise atau pituitari (hypophysisor pituitary
glanrl) yang terletak di dalam rongga kepala dekat dasar otak; (2) kelenjar
tiroid (thyroid glanrl) atau kelenjar gondok yang terletak di
leher bagian depan; (3) kelenjar paratiroid (parathyroidglanrl) dekat
kelenjar tiroid; (4) kelenjar suprarenal (suprarenalglanrl) yang
terletak di kutub atas ginjal kiri-kanan; (5) pulau Langerhans (islets of
langerhans) di dalam jaringan kelenjar pankreas; (6) kelenjar kelamin (gonarl)laki
di testis dan indung telur pada wanita. Placenta dapat juga
dikategorikan sebagai kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon.
Namun untuk saat ini saya cuma akan menjelaskan sehubungan dengan fisiologi hewan yaitu fisiologi kerja dari hormon steroid, hormon peptida dan hormon tiroksin.
- Fisiologi kerja hormon steroid
- Fisiologi kerja hormon tiroksin
- Fisiologi kerja hormon peptida
Hormon
steroid dilepas oleh kelenjar endokrin mengalir melalui pembuluh darah menuju
target organ, karena hormon ini berasal dari lemak maka sifatnya tidak larut
dalam air, sehingga hormon ini harus diikat oleh protein carrier sehingga
dapat mengalir dalam pembuluh darah menuju target organ. Setelah sampai pada
sel target, protein carrier tersebut langsung melepas hormon tersebut. Karena
sifat dari hormon tadi yang heterofilik sesuai dengan keadaan membran sel yang
permiabel, maka hormon tersebut akan langsung masuk ke dalam sitoplasma, dan didalam sitplasma tersebut
hormon akan diikat oleh reseptor protein spesifik dan membentuk komponen
kompleks resptor hormon, kemudian akan dibawa ke nukleus untuk mengaktifkan
gen-gen spesifik dan terjadi ekspresi gen untuk menghasilkan kode-kode protein.
Hormon
tirokisin juga tidak dapat larut dalam air karena berasal dari lipid sehingga
memerlukan protein carrier untuk dapat mengalir dalam darah menuju target
organ. Setelah mencapai sel target protein carrier akan melepas homron
tersebut, kemudian hormon tiroksin yang berupa T4 (mengandung 4 iodin) akan
langsung masuk kedalam sel karena sifatnya yang heterofilik. Setelah T4 masuk
dalam sitoplasma akam memancing hormon tiroksin lain dalam bentuk T3
(mengandung 3 iodin), dan kemudian Hormon tiroksin dalam bentuk T4 tadi akan
diubah dalam bentuk T3 sehingga memiliki bentuk sruktur yang kecil.T3 tadi
kemudian akan masuk ke nukleus dan
diikat oleh protein reseptor dan membentuk kompleks reseptor hormon. Sehingga
dapat mempengaruhi proses transkripsi dalam sel tersebut yang menghasilkan
suatu kode protein.
Hormon
petida sifatnya larut dalam air, maka hormon ini langsung mengalir dalam darah
menuju sel target tanpa perlu diikat oleh protein carrier. Sampai pada sel
target hormon peptida tidak dapat langsung masuk ke dalam sel karena sifat
dari membran sel yang permiabel. Namun hormon peptida hanya akan mempengaruhi
protein reseptor pada permukaan membran sel. Kemudian akan mengaktifkan
protein G dan protein G ini juga akan mengaktifkan adenil siklase. Setelah
adenil siklase aktif, maka ATP akan diubah oleh adenil siklase tadi menjadi
cyclic AMP (cAMP). cAMP inilah sebagai secon masenger yang akan berikatan
dengan protein target sehingga akan mempengaruhi proses fisiologis dalam sel
tersebut.
Untuk
yang secon masengernya berupa Ca, maka sinyal yang ditangkap oleg protein
reseptor pada permukaan membran sel akan mengaktifkan protein G, protein G ini
kemudian akan mengaktifkan phospholipase C, phospholipase C akan menghasilkan
inositol triphosphate. Inositol triphosphate ini berdifusi masuk ke sitoplasma
menuju retikulum endoplasmik kemudian akan membuka channel Ca, dan ion Ca akan
keluar dari retikulum edoplasmik ke sitoplasma. Ca sebagai secon masenger ini
akan berikatan dengan protein target dan mempengaruhi proses fisiologi dalam
sel tersebut.