Minggu, 26 Januari 2014

Fisiologi Sistem Koordinasi

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsanga yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.
Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuhSistem ini melibatkan sistem saraf dan sistem hormon yag dimana keduanya memiliki sifat atau ciri yang berbeda. Berikut saya akan memaparkan perbedaan dari sistem saraf dan sistem hormon serta fisiologi dari kerja saraf dan hormon itu sendirii... Semogga bermanfaat,,,,



Perbedaan sitem saraf & sistem hormon


Sistem Saraf 

  • Sistem saraf
  • Pengendali utama berupa sistem saraf pusat
  • Asal sel saraf dari sistem sel
  • Bentuk sinyal berupa listrik
  • Reaksi cepat
  • Efek yang ditimbulkan cepat hilang
  • Struktur sel saraf berkesinambungan dari sel target dan sumber sinyal
  • Target sel saraf cuma satu
  • Senyawa yang dilepaskan berupa neurontransmilter


Sistem Hormon

  • Sistem hormon
  • Pengendali utama berasal dari hipotalamus
  • Hormon berasal dari kelenjar endokrin
  • Betnuk sinyal berupa senyawa organik (peptida/lipid)
  • Reaksi lambat
  • Efek yang dihasilkan lama hilangnya
  • Strukturnya tidak saling berkesinambungan
  • Target selnya lebih dari satu
  • Senyawa yang dilepaskan berupa hormon itu sendiri





Sistem Saraf


Saraf merupakan salah satu komponen sistem koordinasi pada tubuh hewan. Sistem saraf dapat dilukiskan sebagai kumpulan neuron yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengkoordinasi berbagai aktifitas tubuh. Organisasi sistem hewan sangat berfariasi, tergantung pada tingkat perkembangan tubuh masing-masing hewan. Hewan dengan tingkat perkembangan tubuh sederhana memiliki susunan organisasi sistem saraf yang sederhana juga sebaliknya, hewan dengan tingkat perkembangan yang sudah maju memiliki susunan oorganisasi sistem saraf yang lebih kompleks. Misalnya sistem saraf difus dan sistem saraf tangga tali. Perbedaan sistem saraf difus dan sistem saraf tangga tali, yaitu pada Sistem saraf difus merupakan sistem saraf  yang saraf-sarafnya masih tersebar dan saling berhubungan sehingga membentuk seperti jala. sedangkan Sistem saraf tangga tali merupakan sistem saraf dengan dua ganglion utama sebagai pusat saraf yang dihubungkan oleh saraf-saraf lateral sehingga membentuk seperti tangga tali.

 Bagian-bagian sel saraf sendiri terdiri dari:
  1. Badan Sel (Perikarion), bagian sel yang mengandung nukleus. Sitoplasma mengandung badan Nissl (modifikasi retikum endoplasma kasar). Badan sel berfungsi mengatur seluruh aktifitas sel saraf.
  2. Dendrit merupakan tonjolan sitoplasma dari badan sel. Berukuran lebih halus, lebih pendek, dan memiliki percabangan yang lebih banyak dibanding akson, fungsinya meneruskan rangsang dari organ penerima rangsang (reseptor) menuju ke badan sel.
  3. Akson (neurit) merupakan tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf yang berupa informasi berita dari badan sel.

Menurut fungsinya sel saraf dibagi menjadi 3 yaitu:

  1. Neuron Sensorik, berhubungan erat dengan alat indra, sehingga disebut juga saraf indra. Bagian dendrit berhubungan langsung dengan alat indera (reseptor) dan bagian aksonnya berhubungan dengan sel saraf yang lain.
  2. Neuron Motorik berhubungan langsung dengan bagian efektor (otot/kelenjar), berfungsi untuk meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke efektor.
  3. Interneuron (Neuron Asosiasi) yaitu neuron yang menghubungkan satu neuron dengan lainnya.


Berikut fisiologi mekanisme jalanya impuls dalam sel saraf dan antar sel saraf, yang melatar belakangi sehingga suatu organ dapat memberi respon dari ransangan yang diterima,,

  1. Mekanisme fisiologi jalannya impuls pada sel saraf (Potensial Aksi)

  2. Pada keadaan normal muatan pada membran dalam sel saraf bermuatan negatif sedangkan diluar sel bermuatan positif. Ketika adanya suatu impuls berupa sinyal, harus mampu merubah permeabilitas sel saraf dengan cara membuka chanel Na. Terbukanya chanel Na membuat ion Na berdifusi masuk ke dalam sel saraf dan membalikan muatan menjadi positif didalam sel saraf tersebut, hal ini dikenal sebagai Depolarisasi. Kemudian langsung diikuti oleh proses Repolarisasi dimana diaktifkannya chanel K, sehingga ion K dapat berdifusi keluar dari sel saraf kemudian menjadikan muatan diluar sel menjadi negatif. Hal ini kemudian akan berlangsung terus menerus secara berulang-ulang sepanjang akson. Perubahan dari depolarisasi ke repolarisasi kemudian kedepolarisasi dinamakan Potensial Aksi. Agar impuls tidak kembali dan tetap berjalan disepanjang akson, maka terjadi yang namanya refraksi pada sel saraf tersebut sehingga channel yng sebelumnya terbuka menjadi tidak terbuka lagi sehingga sinyal tidak kembali. Saat dimana kosentrasi ion Na dalam sel dan konsertasi ion K diluar sel telah mencapai ambang tertentu akan menganktifkan pompa Na & K dengan bantuan ATP sehingga ion Na akan dipompa keluar sel dan ion K dipompa masuk kedalam sel dan terjadi perubahan muatan menjadi kekeadaan normal. Setiap 3 ion Na yang dipompa keluar akan diimbangi dengan 2 K yang dipompa masuk kedalam sel saraf.  

  1. Mekanisme fisiologi jalanya impuls antar sel saraf (sinapsis)

  2. Ketika potensial aksi telah mencapai ujung akson, maka potensial aksi tersebut harus mampu merubah permeabilitas membran  terhadap ion Ca, dengan cara membuka chanel Ca sehingga ion Ca dapat masuk kedalam presynaptic (presinaps). Ca yang bertindak sebagai secon masenjer akan merangsang vesikel synaptik untuk menuju membran dan melepas isinya berupa aseticolin yang merupakan salah satu molekul neurontransmiter. Asetikolin yang berada pada celah synaptik tersebut kemudian akan melekat pada sisi pelekatan channel Na, dan membuka channel Na tersebut sehingga Na dapat berdifusi masuk ke dendrit neuron lainnya sehingga impuls dapat berjalan dari sutu sel saraf ke sel saraf lainnya. Asetikolin tadi akan dihidrolisis oleh asetikolinesterase jika tidak diperlukan lagi.

    Untuk komunikasi antara sel saraf yang jauh namun agak jauh, maka sel saraf akan melepas sinyal paracrine. Kemudian sinyal paracrine ini akan terikat pada reseptor sel target   


  1. Mekanisme Fisiologi Protozoa dan Porifera dapat memberi respon terhadap suatu sinyal,

  2. Protozoa dan porifera tidak memiliki sistem saraf. Namun setiap sel penyusun tubuhnya mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Dimana adanya suatu ransangan akan diterima oleh reseptor pada permukaan membran selnya sehingga membentuk komponen spesifik yang kemudian akan mengaktifkan protein G. protein G kemudian akan mengaktifkan Adenylyl cyclase. Aktifnya adenylyl cyclase ini kemudian akan merubah ATP menjadi cyclic AMP (cAMP). cAMP sebagai secon masenger inilah yang kemudian akan berikatan dengan protein target, dengan demikian akan mempengaruhi proses metabolisme dalam sel dengan cara mempengaruhi proses transkripsi didalam sel.

  1. Fisiologi bagaimana ransangan dapat merubah aktifitas sel atau jaringan maupun organ!

  2. Saat adanya ransangan akan ditangkap oleh reseptor pada permukaan membran sel sehingga membentuk komponen reseptor yang kemudian akan mengaktifkan protein G. protein G kemudian akan mengaktifkan Adenylyl cyclase. Aktifnya adenylyl cyclase ini kemudian akan merubah ATP menjadi cyclic AMP (cAMP). cAMP sebagai secon masenger inilah yang kemudian akan berikatan dengan protein target, dengan demikian akan mempengaruhi proses metabolisme dalam sel dengan cara mempengaruhi proses transkripsi didalam sel.




Sistem Hormon

Sistem endokrin (Hormon) adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar endokrin (endocrineglarul) terdiri dari (1) kelenjar hipofise atau pituitari (hypophysisor pituitary glanrl) yang terletak di dalam rongga kepala dekat dasar otak; (2) kelenjar tiroid (thyroid glanrl) atau kelenjar gondok yang terletak di leher bagian depan; (3) kelenjar paratiroid (parathyroidglanrl) dekat kelenjar tiroid; (4) kelenjar suprarenal (suprarenalglanrl) yang terletak di kutub atas ginjal kiri-kanan; (5) pulau Langerhans (islets of langerhans) di dalam jaringan kelenjar pankreas; (6) kelenjar kelamin (gonarl)laki di testis dan indung telur pada wanita. Placenta dapat juga dikategorikan sebagai kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon.
Namun untuk saat ini saya cuma akan menjelaskan sehubungan dengan fisiologi hewan yaitu fisiologi kerja dari hormon steroid, hormon peptida dan hormon tiroksin.

  1. Fisiologi kerja hormon steroid
  2. Hormon steroid dilepas oleh kelenjar endokrin mengalir melalui pembuluh darah menuju target organ, karena hormon ini berasal dari lemak maka sifatnya tidak larut dalam air, sehingga hormon ini harus diikat oleh protein carrier sehingga dapat mengalir dalam pembuluh darah menuju target organ. Setelah sampai pada sel target, protein carrier tersebut langsung melepas hormon tersebut. Karena sifat dari hormon tadi yang heterofilik sesuai dengan keadaan membran sel yang permiabel, maka hormon tersebut akan langsung masuk ke dalam sitoplasma, dan didalam sitplasma tersebut hormon akan diikat oleh reseptor protein spesifik dan membentuk komponen kompleks resptor hormon, kemudian akan dibawa ke nukleus untuk mengaktifkan gen-gen spesifik dan terjadi ekspresi gen untuk menghasilkan kode-kode protein.

      
  3. Fisiologi kerja hormon tiroksin
  4. Hormon tirokisin juga tidak dapat larut dalam air karena berasal dari lipid sehingga memerlukan protein carrier untuk dapat mengalir dalam darah menuju target organ. Setelah mencapai sel target protein carrier akan melepas homron tersebut, kemudian hormon tiroksin yang berupa T4 (mengandung 4 iodin) akan langsung masuk kedalam sel karena sifatnya yang heterofilik. Setelah T4 masuk dalam sitoplasma akam memancing hormon tiroksin lain dalam bentuk T3 (mengandung 3 iodin), dan kemudian Hormon tiroksin dalam bentuk T4 tadi akan diubah dalam bentuk T3 sehingga memiliki bentuk sruktur yang kecil.T3 tadi kemudian akan masuk ke nukleus dan diikat oleh protein reseptor dan membentuk kompleks reseptor hormon. Sehingga dapat mempengaruhi proses transkripsi dalam sel tersebut yang menghasilkan suatu kode protein.



  5. Fisiologi kerja hormon peptida
  6. Hormon petida sifatnya larut dalam air, maka hormon ini langsung mengalir dalam darah menuju sel target tanpa perlu diikat oleh protein carrier. Sampai pada sel target hormon peptida tidak dapat langsung masuk ke dalam sel karena sifat dari membran sel yang permiabel. Namun hormon peptida hanya akan mempengaruhi protein reseptor pada permukaan membran sel. Kemudian akan mengaktifkan protein G dan protein G ini juga akan mengaktifkan adenil siklase. Setelah adenil siklase aktif, maka ATP akan diubah oleh adenil siklase tadi menjadi cyclic AMP (cAMP). cAMP inilah sebagai secon masenger yang akan berikatan dengan protein target sehingga akan mempengaruhi proses fisiologis dalam sel tersebut.

    Untuk yang secon masengernya berupa Ca, maka sinyal yang ditangkap oleg protein reseptor pada permukaan membran sel akan mengaktifkan protein G, protein G ini kemudian akan mengaktifkan phospholipase C, phospholipase C akan menghasilkan inositol triphosphate. Inositol triphosphate ini berdifusi masuk ke sitoplasma menuju retikulum endoplasmik kemudian akan membuka channel Ca, dan ion Ca akan keluar dari retikulum edoplasmik ke sitoplasma. Ca sebagai secon masenger ini akan berikatan dengan protein target dan mempengaruhi proses fisiologi dalam sel tersebut.          

Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar