FAKTOR LINGKUNGAN DALAM EKOLOGI TUMBUHAN
A.
Pengertian
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan adalah setiap faktor yang berpengaruh
pada kehidupan pada suatu organisme dalam proses perkembangannya. Faktor
lingkungan dibagi menjadi 3 yaitu yang bersifat fisik, kimiawi dan biologis.
Faktor fisik dan kimiawi merupakan faktor lingkungan yang bersifat
non-biologis, contoh faktor fisik : suhu, cahaya, kelembaban, angin dll, contoh
faktor kimiawi : air, garam mineral, logam dll, sedangkan faktor yang bersifat
biologis (biotik), yaitu organisme yang berpengaruh terhadap organisme lain.
Tumbuhan dan hewan dalam ekosistem merupakan bagian komponen biotik, kompo-nen ini akan menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungan tertentu. Dalam hal ini tidak ada organisme yang mampu berdiri
sendiri tanpa dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang ada, dan harus ada
kondisi lingkungan tertentu yang berperan terhadap-nya dan menentukan kondisi hidupnya.
B.
Komponen
Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan kompleks dari berbagai faktor yang
saling berinteraksi satu sama lainnya, tidak hanya antara faktor biotik dan
non-biotik, tetapi juga antara bio-tik
itu sendiri dan juga antara abiotik dengan abiotik. Dengan demikian secara
opera-sional sulit untuk memisahkan satu faktor dengan faktor
terhadap faktor-faktor yang lainnya tanpa mempengaruhi kondisi seluruhnya.
Meskipun demikian untuk memaha-mi sruktur atau
berfungsinya faktor lingkungan ini, secara abstrak kita bisa membagi
faktor-faktor lingkungan ini terhadap komponennya. Berbagai cara dilakukan oleh
para ahli ekologi dalam pembagian komponen lingkungan ini, salah satunya adalah
pembagian komponen lingkungan ini, seperti dibawah ini.
a.
Faktor
iklim, meliputi parameter iklim utama seperti cahaya, suhu, ketersediaan air,
dan angin.
b.
Faktor
tanah, merupakan karakteristik dari tanah seperti nutrisi tanah, reaksi tanah,
kadar air tanah, dan kondisi fisik tanah.
c.
Faktor
topografi, meliputi pengaruh dari bentuk tanah antara lain seperti sudut ke-miringan lahan dan ketinggian tempat dari permukaan laut.
d.
Faktor
biotik, merupakan gambaran dari semua interaksi dari organisme hidup seperti
kompetisi, peneduhan dan lain-lain.
1.
CAHAYA
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting
sebagai sumber energi utama bagi ekosistem, struktur dan fungsi dari ekosistem
utamanya sangat ditentukan oleh radiasi matahari yang sampai di sistem ekologi
tersebut, tetapi radiasi yang berlebihan dapat pula menjadi faktor pembatas,
menghancurkan sistem jaringan tertentu. Ada tiga aspek penting yang perlu
dibahas dari faktor cahaya ini, yang erat kaitannya dengan sistem ekologi,
yaitu :
a. Kualitas Cahaya
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya
dengan pan-jang gelombang 0,39 - 7,60 mikron. Ultraviolet dan infrared tidak
dimanfaat-kan dalam pro-ses fotosintesis. Klorofil
yang berwarna hijau mengabsorbsi cahaya
merah dan biru, dengan demikian
panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang
bermanfaat bagi fotosintesis. Di ekosistem daratan kualitas cahaya tidak
mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis, kecuali bila
kanopi vegetasi menyerap sejumlah cahaya, maka cahaya yang sampai di dasar akan
jauh ber-beda dengan cahaya yang sampai di kanopi, sehingga
terjadi pengurangan cahaya merah dan biru. Dengan demikian tumbuhan yang hidup
di bawah naungan kanopi harus teradaptasi dengan kondisi cahaya yang rendah
energinya. Dalam ekosistem perairan cahaya merah dan biru di serap fitoplankton
yang hidup di permukaan, sehingga cahaya hijau akan di penetrasikan ke lapisan
lebih bawah dan sulit untuk di serap oleh fitoplankton. Ganggang merah de-ngan
pigmen tambahan phycoerythrin atau
pigmen merah coklat mampu mengabsorbsi cahaya hijau ini untuk fotosintesisnya,
dengan demikian gang-gang merah ini mampu hidup pada kedalaman laut.
b.
Cahaya optimal bagi tumbuhan
Proses pertumbuhan dari tumbuhan hasil fotosintesis yang
melebihi kebutuhan respirasi. Jadi kebutuhan minimum cahaya untuk proses
pertumbuhan ini baru terpenuhi ini baru terpenuhi apabila cahaya melebihi titik
kompensasinya. Umumnya tumbuhan intesitas cahaya optimum untuk fotosin-tesis
haruslah lebih kecil dari intesitas cahaya matahari penuh apabila ditinjau dari
sudut kebutuhan daun secara individual. Meskipun demikian bila suatu tumbuhan
besar hidup pada cahaya yang penuh sebagian besar dari dedaunannya tidak dapat
menerima cukup cahaya matahari untuk fotosintesis secara maksimal akibat
tertutup dedaunan dipermukaan kanopinya. Cahaya matahari penuh akan
menguntungkan bagi daun di bawah kanopi untuk mencapai efektifitas fotosintesis
secara total bagi tumbuhan untuk mengim-bangi kekurangan dari daun-daun yang
berada dalam cahaya supraoptimal. Intensitas cahaya optimum bagi tumbuhan yang
hidup dihabitat alami janganlah diartikan betul-betul cahaya optimal untuk
fotosintesis. Pada umumnya cahaya matahari itu terlalu kuat atau terlalu lemah
bagi organ-organ fotositesis unuk difotosintesis. Optimum haruslah diartikan
bahwa kombinasi dari faktor-faktor lingkungan lainnya (konsep holosinotik),
akan memberikan pengaruh bersih dari kondisi cahaya dalam suatu periode
tertentu lebih baik untuk proses fotosintesis di bandingkan dengan keadaan
lainnya.
c.
Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek
cahaya yang ter-penting sebagai
faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial
maupun dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya yang tersebar terjadi didaerah
tropika, terutama daerah kering (zona arid), sedikit cahaya direfleksikan oleh
awan. Di daerah garis lintang rendah cahaya matahari menembus atmosfer dan
membentuk sudut yang besar dengan permukaan bumi, sehingga lapisan atmosfer
yang tertembus berada dalam ketebalan minimum.
Perbedaan musim juga mempengaruhi intensitas cahaya
didaerah dengan latituda tinggi ini, intensitas pada musim panas jauh berbeda
dengan intensitas pada musim dingin. Variansi intensitas cahaya dalam skala
besar akan dimodifiksikan lagi oleh faktor topografi. Sudut dan arah
kemiringgan akan sangat berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang sampai di
permukaan bumi atau ekosistem, hal ini akan lebih terasa untuk daerah-daerah di
garis lintang tinggi, sehinga dapat menghasilkan perbedaan struktur ekosistem.
d. Lamanya penyinaran
Lamanya penyinaran relatif antara siang dan malam 24 jam
akan mempengaruhi fungsi dari tumbuhan secara luas. Jawaban dari organisme
hidup tehadap lamanya siang hari dikenal dengan fotoperiodisma. Dalam
pertumbuhan jawaban/respon ini meliputi perbungaan, jatuhnya daun dalam
dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperioda
akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam pada musim panas, tetapi akan
kurang dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim
dingin. Perbedaan yang terpanjang antara siang dan malam akan ter-jadi di
daerah dengan garis lintang tinggi. Berdasarkan respon ini, tumbuhan berbunga
dapat dikelompokan dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a.
Tumbuhan
berkala panjang, yaitu tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih dari 12 jam
untuk terjadinya proses perbungaan. Berbagai tumbuhan tem-perate termasuk kelompok ini, seperti macam-macam gandum
(Wheat dan Barley) dan bayam.
b.
Tumbuhan
berkala pendek, kelompok tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek
dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, dalam ke-lompok ini termasuk tembakau dan bunga krisan.
c.
Tumbuhan
berhari netral, yaitu tumbuhan yang tidak memerlukan perioda panjang hari
tertentu untuk proses perbungaan, misal tomat dan dandelion.
2.
SUHU
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik
langsung maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung
hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses
kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan peran tidak langsung de-ngan
mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi
laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju
kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan
secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingku-ngan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi
energi panas ketika cahaya diabsorbsi oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu
sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi
organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi
sulit untuk menentukan suhu yang bagai-mana
yang berperan nyata, apakah keadaan minimum, maksimum atau keadaan harga
rata-ratanya yang penting.
b. Variasi Suhu
Sangat sedikit tempat-tempat dipermukaan bumi secara
terus menerus berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk
sistem kehidup-an, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun
secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan
dengan ini juga terjadi variasi lokal berdasarkan topo-grafi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu
ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan
yang nyata antara suhu; pada permu-kaan
kanopi hutan dengan suhu dibagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas.
Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya de-ngan faktor cahaya,
letak dari sumber panas (matahari), bersama-sama dengan berputarnya bumi pada
porosnya akan me-nimbulkan variasi suhu dialam tempat tumbuhhan hidup. Jumlah
panas yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan
awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap musim, setiap tahun dan gejala
ekologi. Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh
lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi,
de-ngan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah
beberapa jam tercapailah suhu tertinggi setengah hari. Setelah lewat petang
mulailah terjadi penurunan suhu muka bumi ini akibat radiasi yang lebih besar
dibandingkan radiasi yang diterima. Pada ma-lam
hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang diterima melalui
radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan radiasi berjalan terus, akibat ada
kemungkinan suhu permukaan bumi lebih ren-dah dari suhu disekitarnya. Proses
ini akan menimbulkan fluktuasi suhu harian, dan fluktuasi suhu yang paling
tinggi akan terjadi didaerah antara ombak, ditepi pantai.
3.
AIR
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting,
semua organisme hidup memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah
air disistem bumi kita ini adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses
sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit untuk terjadi karena adanya siklus melalui
hujan, aliran air, transpirasi, dan evaporasi yang berlangsung secara
terus-menerus.Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat langsung
mem-pengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan or-gan tumbuhan.
a.
Peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :
Struktur
Tumbuhan :air merupakan
bagian terbesar pembentuk jaringan dari semua makluk hidup ( tak terkecuali
tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon terdiri dari air, dan
bagi tumbuhan herbal jumlahnya mungkin akan men-capai
90%. Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada
dalam keadaan yang tepat untuk ber-fungsi metabolisme.
Sebagai
Penunjang :tumbuhan
memerlukan air untuk penunjang jaringan-jaringan yang tidak berkayu. Apabila
sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel akan berada dalam keadaan
kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh kehadiran air di dalam sel disebut tekanan
turgor dan sel akan menjadi mengembang, dan apabila jumlah air tidak memadai
maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengkerut dan terjadilah
plasmolisis.
Alat
Angkut : tumbuhan
memanfaatkan air sebagai alat mengangkut materi disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk
melalui akar dan bergerak kebagi-an tumbuhan lainnya sebagai substansi yang
terlarut dalam air. Demikian pula karbohidrat yang dibentuk di daun diangkut ke
jaringan-jaringan lainnya yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
Pendingin :kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan
mendinginkan tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan. Putaran
permenit selama 30-40 menit.
b.
Bagaimana
Air meninggalkan tumbuhan
Umumnya air yang masuk ketanah dan tumbuhan akan hilang
melalui proses penguapan, dan hanya 2% air yang diserap oleh akar dipakai
membentuk lebih ba-nyak materi
tumbuhan. Pada prinsipnya air akan meninggalkan tumbuhan melalui tiga cara:
Transpirasi : yaitu bagian yang paling utama dari kehilangan air
ini. Dalam daun air diuapkan dari dinding sel keruang antar sel. Dari sini
didifu-sikan keluar ke udara melalui lubang kecil di daun yang disebut stomata
/ mulut daun. Mulut-mulut daun ini akan terbuka pada siang hari dan menutup
pada malam hari. Fungsi utama adalah memberi kemungkinan untuk terjadi-nya
pertukaran gas antara tumbuhan dengan udara.
Penguapan
kutikula: sebagian air
mungkin mampu menguap melalui kutikula dari daun atau tangkai. Dan hanya
sebagian kecil air hilang dengan cara ini, umumnya kurang dari 10% dari total
kehilangan air.
Gutasi : di daerah yang lembab kehilangan air akibat penguapan
terlalu sulit. Untuk tumbuhan yang hidup pada habitat ini mempunyai lubang pada
ujung xylem dari daun sebagai adaptasi morfologi dan fisiologi. Lubang ini
lebih dikenal dengan hitoda, yang memungkinkan air menetes langsung keluar dari
daun yang disebut gutasi.
Pengelompokan Tumbuhan Berdasarkan Toleransi Terhadap Air
Berdasarkan toleransinya terhadap air, terdapat lima
kelompok besar tumbuhan, yaitu:
A.
Hidrofita
Hidrofita :
kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah yang ter-genang secara permanen. Kelompok tumbuhan yang hidup
sebagian atau seluruhnya didalam air atau habitat yang basah. Jadi dalam hal
ini keadaan air dalam kondisi ber-lebihan,
dan tumbuhan yang hidup mempunyai karakteristika yang khusus, seperti ter-dapatnya jaringan lakuner terutama pada daun dan akar
yang berperan dalam memenuhi kebutuhan akan udara sebagian adaptasi terhadap
kekurangan oksigen. Berdasar-kan
karakteristiknya dikenal 4 sub kelompok
hidrofita, yaitu:
a.
Hidrofita
tenggelam dan tertanam pada substrat :mempunyai epidermis yang tidak
berkutikula, daun dan cabang akar tereduksi dalam ukuran dan ketebalan.
Berkembangbiak biasanya secara vegetatif. Contoh: Vallesneria dan Elodea
dll
b.
Hidrofita
terapung : mampu berkembang biak secara cepat sehingga
dalam waktu yang singkat dapat menutupi seluruh permukaan perairan. Bila
terjadi reproduksi seksual maka penyerbukan terjadi pada atau diatas permukaan.
Contoh: Lemma, Eichornia, dan Salvia
dll.
c.
Hidrofita
semi terapung : memiliki akar tertanam dalam substrat, dengan
batang, akar dan tuber yang panjang. Daun sering tertutup. Akar cepat tumbuh
dalam lum-pur, daun memperlihatkan variasi yang berbeda, baik
bentuk maupun struktur, antara yang mencuat ke udara dengan yang terendam dalam
air. Contoh: Acorus dan Typhadll
d.
Hidrofita
melayang : merupakan fitoplankton, mampu menyerap nutrisi langsung dari air.
Contoh: Oscillatoria dan Spirogyra dll
B.
Halofita
Halofita merupakan kelompok tumbuhan yang terkhususkan
tumbuh pada ling-kungan berkadar
garam tinggi (kekeringan fisiologi). Tumbuhan yang hidup dalam kadar garam yang
tinggi, mempunyai mekanisme untuk menerima garam yang masuk dalam tubuhnya.
Halofita harus mampu meng-atasi masalah kekeringan fisiologi. Tingginya konsentrasinya garam dalam tanah mungkin menghambat
penyerapan air secara osmosis. Pada rawa pantai halofita berada dalam
kekeringan saat surut, dan pengaruh kekurangan air dapat diimbangi dengan
penyimpanan air dalam tubuhnya sehingga bentuk halofita ini sering
memperlihatkan sifat sukulen. Contoh: Achantus
ilicifolius dan berbagai tumbuhan di rawa estuaria.
C.
Xerofita
Xerofita merupakan kelompok tumbuhan yang beradaptasi
untuk hidup di daerah kering, tumbuhan ini tahan terhadap kekeringan yang
lama, baru layu bila kehilangan 50–75 % kandungan total air. Tumbuhan ini telah teradaptasi untuk daerah kering,
sangat sedikit jumlahnya dan lebih terkhususkan jika dibandingkan dengan
kelompok lainnya. Xerofita ini dapat dikelompokkan dalam dua sub kelompok besar,
yai-tu kelompok yang menghindar terhadap kekeringan (xerofita
tidak murni), dan kelompok yang memikul atau menehan situasi kering (Xerofita
asli). Penghindar terhadap kekeringan mencegah kekeringan dengan jalan
melakukan adaptasi dalam siklus hi-dup,
morfologi, dan fisiologi.
1.
Epemeral.
Merupakan umumnya tumbuhan dipadang pasir dengan siklus hidup dan tumbuhan mulai dari biji sampai fase reproduksi dalam beberapa minggu selama jumlah air mencukupi, biasanya biji di lapisi zat pelindung dan tahan terhadap kekeringan yang akan terlarut pada musim hujan sebelum berkecambah.
Merupakan umumnya tumbuhan dipadang pasir dengan siklus hidup dan tumbuhan mulai dari biji sampai fase reproduksi dalam beberapa minggu selama jumlah air mencukupi, biasanya biji di lapisi zat pelindung dan tahan terhadap kekeringan yang akan terlarut pada musim hujan sebelum berkecambah.
2.
Sukulenta
Merupakan tumbuhan perental,menghindar dari kekeringan dengan menyimpan sejumlah air dalam jaringanya dan mereduksi kehilangan air.air dapat disimpan mungkin didaun seperti pada Agave,ditangkai atau dahan pada Cactaceae dan Euphorbiaceae, atau di batang pada Bombacaeae. Pada semua suku-lenta bentuk morfologinya ini mempuyai kemampuan untuk mengurangi kehi-langan air dari tumbuhan akibat transpirasi stomata dan ruang antar sel sangat sedikit, daun reduksi dalam ukuran lapisan kutikula yang tebal
Merupakan tumbuhan perental,menghindar dari kekeringan dengan menyimpan sejumlah air dalam jaringanya dan mereduksi kehilangan air.air dapat disimpan mungkin didaun seperti pada Agave,ditangkai atau dahan pada Cactaceae dan Euphorbiaceae, atau di batang pada Bombacaeae. Pada semua suku-lenta bentuk morfologinya ini mempuyai kemampuan untuk mengurangi kehi-langan air dari tumbuhan akibat transpirasi stomata dan ruang antar sel sangat sedikit, daun reduksi dalam ukuran lapisan kutikula yang tebal
3.
Freatofita
Sering di kenal dengan tumbuhan penyedot air, karena laju traspirasinya yang tinggi dan mampu menghindar dari kekeringan karena kemampuanya mencari dan mendapatkan air. Strateginya tidak untuk menjaga air tetapi akar yang sangat panjang yang mampu mencapai lapisan freatik yang dalam dari air tanah, menyerapnya dengan tekanan osmotik yang tinggi dari akarnya.
Sering di kenal dengan tumbuhan penyedot air, karena laju traspirasinya yang tinggi dan mampu menghindar dari kekeringan karena kemampuanya mencari dan mendapatkan air. Strateginya tidak untuk menjaga air tetapi akar yang sangat panjang yang mampu mencapai lapisan freatik yang dalam dari air tanah, menyerapnya dengan tekanan osmotik yang tinggi dari akarnya.
4.
Xerofita
Tumbuhan yang tahan kekeringan merupakan xerofita sejati,
dan biasanya berupa semak yang memperoleh air dari tanah yang relatif kering.
Caranya dengan mengadakan tekanan devisit yang cukup tinggi dalam sel-sel daun
dan akar. Biasanya juga mengurangi transpirasi dengan bentuk daun yang kecil
tetapi kuat.
D.
Mesofita
Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada
kondisi tanah yang moderat (tidak dalam keadaan ekstrim).Umumnya tumbuhan darat, termasuk
tanaman pertanian, perakaran bercabang banyak dan terbentuk sempurna, stomata
daun banyak di permukaan bawah helaian daun, dan layu bila kehilangan total
airnya 25%.
4.
ANGIN
Angin merupakan pergerakan udara dan timbul akibat
pemanasan yang tetap dari udara dalam hubungannya dengan permukaan bumi, serat
perputaran bumi pada porosnya.
Pengaruh angin secara langsung bagi tumbuhan.
Angin yang kuat mungkin membatasi pertumbukan tanaman dan
mengakibatkan kerusakan fisik. Bentuk yang tidak normal dari struktur tumbuhan
akibat angin sering terjadi pada tempat – tempat terbuka diperbukitan, pegunungan
pada daerah gegernya dan juga dipedataran. Di daerah garis lintang menengah dan
tinggi, kombi-nasi angin dengan kebekuan akan menyebabkan penumpukan es
pada tumbuhan yang akan mengakibatkan rusak sampai runtuhnya tumbuhan tadi. Di
daerah pantai, kombinasi angin dan partikel garam akan membatasi pertumbuhan
berbagai jenis tumbuhan yang tidak tahap terhadap silinitas yang tinggi.
Pengaruh angin tidak langsung pada tumbuhan. Angin mempengaruhi transpirasi
dengan bergeraknya uap air dari sekitar tumbuhan, sehingga memberikan
kesempatan terjadinya penguapan lebih lan-jut.
Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air, meskipun jumlah
air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertical akan terbatas sesuai dengan
ke-mampuan mengisap dan mentransformasi air ke atas untuk
mengimbangi transpirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk tumbuhan
yang kerdil.
Penyerbukan angin
Tepung sari yang akan ditiup angin akan menybar
kemanamana dan tidak teratur dengan demikian penyerbukan ini kurang efisien dan
kemungkinan jatuhnya tepung sari pada stigma yang sejenis rendah
kemungkinan/peluangnya. Biasanya untuk mengimbangi hal ini, jumlah tepung sari
yang dihasilkan untuk diterbangkan angin sangat banyak. Di ala mini ternyata
banyak tumbuhan dalam proses penyerbukannya memakai angin sebagai medium,
terutama Coniferae, Poales, Ranales, Glumiferae, dan Amantiferae.
Ciri-ciri morfologi tumbuhan yang teradaptasi untuk
penyerbukan angin, misalnya :
·
Bunga
yang kecil dengan perhiasan bunga kurang baik pertumbuhannya.
·
Stamen
panjang dan stigma berbulu serta terbuka letaknya.
·
Bunga
biasanya uniseksual dan sering terletak pada bagian atas dari tumbuhan sehingga
tidak terhalang.
·
Tepung
sari kering dan ringan serta jumlahnya yang banyak sekali dan kadang-kadang mengandung
semacam zat perekat pada bagian eksinnya.
Pengaruh angin tidak langsung bagi tumbuhan.
Angin mempengaruhi transpirasi dengan bergeraknya uap air
dari sekitar tumbuhan, sehingga memberikan kesempatan terjadinya penguapan
lebih lanjut. Situasi ini merupakan tekanan yang kuat bagi keseimbangan air,
meskipun jumlah air dalam tanah cukup banyak. Pertumbuhan vertikal akan
terbatas sesuai dengan kemampuan menghisap dan mentransformasikan air ke atas
untuk mengimbangi traspirasi yang cepat, hasilnya mungkin akan membentuk
tumbuhan yang kerdil.
Penyebaran biji oleh angin
Angin merupakan medium yang baik untuk penyebaran migrula
tumbuhan, dan merpakan proses yang efisen. Karena angin membawa migula sampai
jarak yang jauh, maka secara ekologi merupakan factor yang penting. Dalam
penyebaran melalui angin tumbuhan melakukan adaptasi morfologi.
a.
Ukuran
biji sangat kecil biji yang kecil dan ringan mudah disebarkan oleh angin.
Misalnya Ericeciae.
b.
Biji
berkomosa permukaan biji diperluas dengan adanya bulu-bulu yang hampir tidak
menambah berat. Dengan demikian mudah dibawa oleh angin, cara ini lebih baik
dibandinkan cara yang tadi. Contohnya: Salicaceae.
c.
Biji
bersayap, banyak tumbuhan dengan biji dengan sayap dan dapat mempenga-ruhi kecepatan untuk terbawa angin sehingga penyebarannya
dapat menjangkau secara luas. Contohnya: Aceraceae.
d.
Buah
bersayap, misalnya pterocarus
e.
Biji
bergantung, biji tertutupi oleh stuktur yang pipih sehingga dapat berguling di
tanah. Contoh: Pedaliaceae.
f.
Stuktur
khusus seperti pada spinifex littoralis, karangan bungan yang masak lepas dan
mengglundung terbawa angin sambil menghamburkan biji yang telah masak
5.
HUJAN
Penerimaan energi oleh energi radiasi matahari oleh
lautan, telaga dan rawa, akan mengerakkan dan mensirkulasi udara diatmosfir
yang akan membawa serta uap air. Uap air ini dikondensasi kemudian menjadi
hujan. Bersama dengan radiasi mata-hari,
suhu, kelembaban udara, angin dan hujan membentuk kondisi di atmosfer ditempat
dan waktu tertentu dan kejadian ini disebut cuaca (weather). Cuaca dilapisan
troposfer selalu berubah-ubah. Kumpulan berbagai kondisi cuaca dalam waktu yang
panjang yakni minimal 30 tahun dinamai iklim (climate). Curah hujan dengan
sifat-sifatnya sangat menentukan ragam komunitas tumbuhan di berbagai ekosistem
daratan (terrestrial).
Sirkulasi udara global akan menentukan pola dan sifat
hujan tertentu, yang akan melahirkan komunitas tumbuhan tertentu. Di
khaltulistiwa curah hujan tinggi disertai dengan suhu udara yang tinggi, akan
menumbuhkan komunitas hutan hujan (tropical rainforest). Di daerah tropik yakni
antara lintang utara dan lintang selatan 30 derajat, akan tumbuh dan berkembang
hutan tropis musiman (tropical decidous florest). Daun-daun tumbuhan musiman
(decidous) akan gugur di awal musim kemarau. Daerah di sekitar lintang utara
dan selatan 30 derajat, tempat turunnya angina kering akan ter-bentuk gurun yaitu tempat yang sangat jarang hujan.
Selanjutnya pada daerah iklim se-dang
(temperate zone) dengan udara yang basah akan menumbuhkan hutan iklim sedang
musiman (temperate decidous forest). Disamping komunitas hutan itu terdapat
pula padang rumput (grassland), yakni di daerah yang kurang hujan. Pada daerah
per-temuan angina kutub dan angin di daerah iklim sedang,
udara akan naik ke lapisan yang lebih tinggi dan mengembunkan uap air yang
dikandungnya. Pada daerah itu akan tumbuh komunitas hutan cemara (Evergreen
coniferius forest) yang daun-daunnya tidak gugur dengan perubahan cuaca. Pada
daerah kutub utara yakni antara lain di pulau Greenland, Siberia (Rusia),
bagian utara benua Amerika, terdapat padang rumput lumut yang dinamai tundra. Pengelompokan
sub iklim tersebut sangat berguna untuk tujuan pengembangan tanaman budidaya
pertanian dan perkebunan. Pengelompokan sub-iklim agroklimat ini erat berhubungan
dengan kelompok sub-iklim total hujan tahunan.